
KAGUM : Penampilan dalang cilik bernama Alby Ersani Widyaputra mampu mencuri perhatian Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno. (DWI AGUS/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Penampilan dalang cilik bernama Alby Ersani Widyaputra mampu mencuri perhatian Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno. Usai pementasan, keduanya menyempatkan diri saling berbincang. Hingga terlontar ajakan untuk tampil di Washington DC.
Sandiaga menilai Alby tak sekadar memiliki bakat seni. Menurutnya bocah berusia 9 tahun tersebut memiliki cara berpikir yang berbeda. Memiliki kecintaan tinggi terhadap dunia seni tradisional khususnya wayang kulit.
“Usia 9 tahun sama seperti (nabi) Sulaeman tapi bisa mendalang dengan baik. Saya akan ajak dia mendalang di Washington DC dan tentu bersama keluarganya,” jelasnya ditemui di Kampung Wisata Rejowinangun Kotagede, Jumat (8/10).
Walau berbeda usia cukup jauh, namun Alby dapat mengimbangi setiap pertanyaan sang Menteri. Hingga akhirnya Sandiaga menemukan akun YouTube milik Alby. Mengetahui subrcibernya kurang dari 1.000, dia otomatis berlangganan dan menjadi pelanggan ke 991.
Permintaan lain yang dikabulkan adalah wayang kulit asli. Selama ini Alby hanya mendalang dengan fasilitas seadanya. Wayang yang digunakan hanya sebatas untuk standar latihan.
“Tadi sudah saya belikan wayang standar Pendowo lima. Sudah beli di UMKM setempat ke pak Tugiman. Total Rp 10 juta sudah cash and carry buta mas Alby,” katanya.
Sandiaga juga meminta stafnya untuk memberikan peralatan rekam yang baik. Sandiaga menilai hasil rekaman di YouTube masih goyang. Sehingga perlu alat yang memadai untuk standar akun YouTube.
“Kalau handycam tidak terlalu baik hasilnya untuk YouTube. Kalau DSLR terlalu berat, kamera yang buat handphone tapi kualitasnya bagus. Saya kagum kecintaan dia dalam melestarikan wayang,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini Alby mendalang dengan lakon Penanganan Pandemi Covid-19. Usai mendalang dia langsung berbincang dengan Sandiaga. Alby juga memberikan wayang karton yang dia beri nama Raden Sandiaga Uno.
Alby mengaku sangat mencintai budaya Jawa khususnya wayang kulit. Hanya saja dia mengkombinasikan dengan dunia digital. Guna mempromosikan beragam seni budaya tradisional.
“Cita-cita saya tetap bisa nguri-uri kabudayan Jawi. Main digital agar bisa memperlihatkan kepada anak-anak yang lain agar budaya jangan sampai tertinggal,” katanya.
Mendalang dengan wayang karton tak menjadi masalah baginya. Namun dia juga tak menampik ingin memiliki wayang kulit asli. Wayang yang dia miliki selama ini hanya standar untuk wayang belajar.
“Kalau yang standar itu pakai kulit kerbau terus pakai tanduk. Punya saya sederhana dan cuma pakai kayu,” ujarnya polos.(Dwi)