
JADI TAMENG - Warga Padukuhan Nganjir, Kalurahan Karangsari, Kapanewon Semin, melakukan penanaman akar wangi sebagai penahan longsor belum lama ini di wilayah mereka.(Dokumen Komunitas Resan Gunungkidul)
RADAR JOGJA – Upaya reboisasi dilakukan sejumlah elemen masyarakat di zona merah rawan longsor. Seperti di Padukuhan Nganjir, Kalurahan Karangsari, Kapanewon Semin. Mereka membentengi lereng bukit dengan tanaman akar wangi.
Warga bersama dengan Komunitas Resan Gunungkidul sejauh ini telah menanam lebih dari 1.000 batang akar wangi. Sedikitnya ada sebelas titik lokasi longsor di kawasan tersebut telah tumbuh tanaman penahan longsor.
Pendiri Komunitas Resan Gunungkidul Edi Padmo mengatakan, upaya penghijauan di daerah rawan bencana dilatarbelakangi cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini. Keterlibatan masyarakat dalam program sangat diperlukan sehingga mereka dilibatkan. “Kami sedang berupaya melakukan reboisasi. Sebab jika terus dibiarkan kerusakannya menjadi semakin parah,” kata Edi, Kamis (16/3).
Mereka sengaja memilih bibit akar wangi sebagai tanaman penguat kontur tanah. Tanaman tersebut diketahui memiliki manfaat ganda. Tidak hanya pelindung, namun akarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan. “Terlebih Kapanewon Semin dikenal sebagai sentra produksi kerajinan akar wangi di Gunungkidul,” ungkapnya.
Sementara itu, Dukuh Nganjir, Alif Riska mendukung penuh upaya pemulihan lahan kritis di wilayahnya. Penanaman akar wangi diharapkan tidak hanya menahan longsor, tapi juga mengerek ekonomi masyarakat. “Bisa jadi bahan untuk pembuatan kerajinan. Mudah-mudahan program ini berhasil dan warga bisa menikmati hasilnya,” kata Alif.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul, Hary Sukmono mengatakan, dua hari lalu melakukan penanaman tanaman langka dalam rangka melestarikan keanekaragaman hayati dan melestarikan nilai sejarah penamaan padukuhan dan kalurahan.“Jenis asli diwilayah masing-masing,” kata Hary.
Sebanyak 22 jenis tanaman keras yang wajib ditanam. Di antaranya, kepuh (Sterculia foetida), kutu (Bridelia stipularis), laban (Vitec pubescens), lo (Ficus glumerata roxb), mojo (Feroniella lucida), preh (Ficus ribes), pulai ( Alstonia schlaris), rempelas (Ficus ampelas), asam Jawa ( Tamarindus indica), bintaos ( Wrightia javanica), klumpit (Terminalia microcaroa), bendo (Artocarpus elasticus).
Bulu (Ficus Elasticus), ilat-ilat ( Ficus callosa), ipik ( Ficus superba), kepil ( Nauclea subdita), serut (Streblus asper), talok lanang (Grewia paniculata), tebelo pusuh (Cinchona spec), dlingsem ( Homalium tomentosum), winong (Tetrameles nudiflora), dan santigi. (gun/din)