
RAMAI: Wisatawan menikmati suasana kawasan Titik Nol Kilometer Kota Jogja, beberapa waktu lalu. Dengan ditemukannya varian baru Omicron di Jakarta, masyarakat diharapkan sadar akan penerapan prokes. Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja
RADAR JOGJA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) berencana mewujudkan destinasi wisata aman bencana. Ini bertujuan untuk memimalisasi risiko bencana di kawasan wisata dan memastikan keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung.
Kepala Pelaksana BPBD DIJ Biwara Yuswantana mengatakan, destinasi wisata aman bencana penting untuk dicanangkan karena wisatawan merupakan tamu yang memberikan dampak ekonomi bagi pemasukan pendapatan daerah. Mereka pun perlu dijamin keamanannya saat berkunjung ke destinasi wisata utamana objek wisata. “Wisatawan sebagai tamu belum tentu menguasai medan. Jadi harus kita informasikan,” katanya Kamis (16/2).
Biwara menjelaskan, wacana ini diharapakan bisa sejalan dengan para pengelola wisata agar destinasi tersebut aman dari bencana. Seperti yang sudah dicanangkan sebelumnya, satuan pendidikan aman bencana (SPAB), kelurahan tangguh bencana (KTB), kemudian bisa dilanjutkan destinasi aman bencana.
Hal ini juga sebagai upaya mencegah pengalaman kecelakaan di destinasi yang terjadi sebelumnya. “Maka banyak terjadi atau pengalaman yang lalu misalnya bus tidak kuat di Mangunan atau di Cinomati. Mereka akan berwisata tapi justru pulang membawa kabar duka karena mejadi korban. Itu kan aspek penguasaan medan, aspek sarana prasarana mobilnya memenuhi syarat atau tidak,” ujarnya.
Terlebih, di wilayah DIJ ini tidak sedikit muncul destinasi wisata baru yang menyajikan keindahan pemandangan, pegunungan, atau perbukitan. Ini dikhawtirkan akan terjadi resiko jika tidak disiapkan manajemen risiko sebelumnya. Ditambah cuaca ekstrem masih melanda. “Kita berharap pelaku atau pemandu wisata juga bisa memastikan ketika mereka akan berkunjung pada satu destinasi. Tidak hanya menyampaikan daya tariknya. Tapi juga disampaikan informasi terkait dengan potensi anacamannya. Jadi ada safety briefing dulu,” jelasnya.
Termasuk juga kepada pengelola wisata harus menyediakan jalur-jalur evakuasi, titik kumpul dan sebagainya jika nantinya ada potensi bencana. Pun, bisa memberikan suatu keamanan dan pemahaman kepada wisatawan sehingga mereka bisa menikmati objek wisata secara aman.
Menurutnya, belum dapat dipastikan jumlah destinasi wisata yang rawan atau beresiko terjadi bencana. Meski begitu, tren destinasi wisata yang menantang, memacu adrenalin ini semakin meningkat di DIJ. Biwara tak menampik jika hal tersebut merupakan invovasi baru mewujudkan objek wisata kekinian namun harus diimbangi dengan upaya-upaya mitigasi atau pengurangan resiko bencana. ” Mereka yang menjadi pengelola objek-objek itu perlu mengidentifikasi potensi-potensi yang bisa menjadi satu ancaman di daerah itu dan lakukanlah mitigasi itu saja,” pesannya. (wia/din)