
Edukasi Lawan Hoaks dan Politik Identitas foto SITI FATIMAH/RADAR JOGJA Sosialisasi Kepemiluan terhadap Kemantren Wirobrajan dan Ngampilan kemarin (14/11). JOGJA, Radar Jogja – Komisi A DPRD DIY menggandeng berbagai sektor. Dalam rangka mewujudkan pemilu yang bermartabat dan berbudaya. Sinergi ini dituang dalam Sosialisasi Kepemiluan. Kegiatan kali ini menyasar Kemantren Wirobrajan dan Ngampilan. Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto mengatakan, pemilu bermartabat dan berbudaya juga termasuk di dalamnya adil, jujur, dan rahasia. Maka pihaknya bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY mendukung penuh KPU dan Bawaslu dalam mewujudkan pemilu yang baik. “Dalam rangka itu, perlu edukasi pada masyarakat,” ujarnya diwawancarai usai menjadi pemateri kemarin (14/11). Politisi PDIP ini mendorong, masyarakat semakin tereduksi dalam mewujudkan Jogja kondusif. Termasuk mampu menangkal dan melawan hoaks serta politik identitas. “SARA tidak boleh dipolitisasi,” tegasnya. Eko menegaskan, masyarakat hidup bersama dan bertetangga. Meskipun berbeda keyakinan dan suku. Sehingga ke depan, harus diciptakan suasana yang adem, ramah. “Penting juga komitmen. Hari ini bertemu dengan berbagai stakeholder dalam rangka mendorong dan mengkampanyekan pemilu bermartabat dan berbudaya,” sebutnya. Dikatakan, peserta sosialisasi kali ini berasal dari dua kemantren. Pelaksanaan digelar pula dalam waktu yang berbeda. Ditujukan pada satlinmas, jaga warga, dan tokoh masyarakat. Satlinmas diedukasi berkait dengan tugasnya agar mampu mewujudkan ketertiban umum di TPS. Jaga Warga untuk mendorong agar masyarakat ini damai, rukun, di luar TPS. “Ini isi tokoh masyarakat yang harapan kami bisa menjadi pembawa pesan pada masyarakat untuk mewujudkan pemilu yang baik,” tandasnya. Kegiatan ini diapresiasi oleh Mantri Ngampilan Endah Dwi Dinyasuti. Dia bersyukur, wilayahnya berkesempatan jadi peserta. “Tujuan kami, peserta bisa membantu lancarnya pemilu di Ngampilan. Karena kami mengantisipasi terjadinya konflik sosial supaya nantinya semua aman dan ke depan akan kami bentuk deklarasi damai,” tegasnya. (fat) PEMULIHAN - Ratusan murid SD Muhammadiyah, Bogor, Playen menjalani tauma healing di Balai Kalurahan Playen, Kapanewon Playen kemarin (14/11).(GUNAWAN/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Ratusan siswa SD Muhammadiyah, Bogor, Playen menjalani tauma healing di Balai Kalurahan Playen, Kapanewon Playen. Dengan penanganan ini, gangguan psikologis para siswa pasca-tragedi atap sekolah runtuh yang belum lama dialami diharapkan sembuh dan anak-anak berani bersekolah lagi.
Trauma healing rencananya berlangsung selama dua hari mulai kemarin (14/11). Hari pertama kegiatan trauma healing, anak-anak berseragam lengkap Merah Putih duduk melingkar membentuk kelompok. Setiap kelompok terdapat satu psikolog.
Koordinator untuk tim trauma healing dari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) M Nur Syuhada mengatakan, jumlah siswa yang mengikuti kegiatan mencapai 500 anak. Karena pertimbangan jumlah peserta, trauma healing melibatkan banyak stakeholder.
Mulai dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ), Fakultas Psikologi UAD, Dinas Sosial Kabupaten Gunungkidul hingga kalurahan dan Kapanewon Playen. “Untuk kondisi murid, dari assessment kemarin jelas ada trauma akibat musibah tersebut. Seperti ada yang panik, ada yang mengalami tidak ingin belajar lagi (di SD Muhammadiyah Bogor) hingga kesedihan,” ujarnya.
Harapannya melalui kegiatan trauma healing trauma murid-murid tersebut dapat diobati. Selain trauma healing, pihaknya juga melaksanakan assessment. Tidak hanya kepada siswa, sebelumnya guru SD tersebut juga telah mendapatkan assessment pada Jumat (11/11).”Ini juga sekaligus assessment, pembagian secara kelompok dan didukung banyak fasilitator. Dari yang kami pahami memang jelas mengalami trauma,” ucapnya.
Lurah Playen Surahno telah menyiapkan Kantor Kalurahan Playen sebagai lokasi trauma healing. Dipastikan, kegiatan tersebut tidak akan mengganggu pelayanan terhadap masyarakat.”Memang kami fasilitasi untuk lokasinya di sini, tidak apa-apa dan tidak akan mengganggu pelayanan kepada masyarakat. Yang penting murid-murid bisa pulih kembali, tidak trauma dan mau sekolah lagi,” kata Surahno. (gun/din)