
PEREKONOMIAN MEMBAIK - Ekspose pertumbuhan ekonomi Gunungkidul oleh BPS setempat di kantor Dinas Penanaman Modal dan Perizinan (DPMP) Kabupaten Gunungkidul (8/4).(GUNAWAN/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul terus membaik meski diterpa pandemi Covid-19. Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, angka pertumbuhan ekonomi di 2021 tumbuh sampai 5,22 persen.
Pertumbuhan tersebut banyak dipengaruhi oleh sektor pariwisata, menyusul kelonggaran mobilitas masyarakat pada masa PPKM. Sesuai rilis BPS pertanian menyumbang sebesar 23,69 persen. Disusul sektor informasi komunikasi 9,46 persen, konstruksi 9,44 persen, perdagangan 8,93 persen dan industri 8,82 persen.
Sedangkan sisanya, sebesar 39,66 persen disumbang dari sektor lain seperti jasa pendidikan, akomodasi makan dan minum, transportasi, real estat, jasa lainnya, kesehatan, keuangan, pertambangan, perusahaan, pengadaan air listrik dan gas. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Gunungkidul di 2021 sebesar Rp 20,24 triliun. Sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar sebanyak 23,69 persen.
“Tapi laju pertumbuhan rendah, karena kalah dengan sektor lain seperti sektor pariwisata yang masuk ke jasa lainnya sebesar 18,37 persen dan sektor informasi dan komunikasi yang menyumbang 16,87 persen,” kata Kepala BPS Gunungkidul Rintang Awan Eltribakti Umbas dalam keterangan pers kemarin (8/4).
Dia menjelaskan, dominasi sektor pariwisata pada pertumbuhan ekonomi Gunungkidul tidak lepas kebijakan pemerintah melonggarkan mobilitas masyarakat sehingga berdampak pada kunjungan wisata. Sektor pertanian, kata Eltri, mengalami penurunan, namun dari sisi penyerapan tenaga kerja masih terbesar karena 60 persen penduduk menggantungkan sektor itu.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gunungkidul, Saptoyo mengatakan, pertanian masih menjadi faktor penting dalam laju pertumbuhan ekonomi. Tapi minusnya profesi petani tidak banyak diminati masyarakat sehingga berbagai upaya untuk menggaet petani milenial terus dilakukan. Sebagai wilayah pemilik cadangan pangan yang besar tetap ada upaya untuk mempertahankan agar sektor ini tetap eksis. “Program kami penyediaan benih unggul, dan bantuan alat mesin pertanian,” kata Saptoyo.
Kemudian ada program kolaborasi dengan sektor pariwisata yakni, pengembangan agrowisata. Saling bersinergi mendorong munculnya petani milenial sehingga terwujud regenerasi agar ada kesinambungan di sektor pertanian. (gun/bah)