RADAR JOGJA – Spot foto dengan latar belakangan bunga amarilis di Ngasemayu, Patuk, kembali ditutup untuk umum. Perpanjangan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) memaksa pengelola untuk sabar menolak rezeki.

Pemilik kebun bunga amarilis, Sukadi mengatakan sejak 10 hari terakhir bunga berwarna oranye itu mulai memenuhi lahan terasiring. Karena lokasinya tepat di pinggir jalan, banyak pengguna jalan yang ingin berhenti dan berswafoto di tempat itu.

“Mereka banyak pengguna jalan yang bertanya apakah bisa mampir atau tidak? Kami katakan tidak bisa, karena mengikuti aturan (PPKM),” kata Sukadi saat dihubungi kemarin (2/9).

Ketegasannya diakui memiliki risiko tersendiri. Salah satunya pundi-pundi uang yang seharusnya bisa masuk kantong, gagal total. Dia harus bersabar lantaran jika nekat dampaknya merugikan diri sendiri maupun orang lain. “Sekarang hanya mengandalkan penjualan bibit dari tanaman amarilis,” ujarnya.

Bagaimana cara mengawasi pengguna jalan menaati aturan larangan berkunjung, Sukadi berupaya maksimal namun tetap santun. Ketika transaksi pembelian bibit, biasanya sekalian numpang foto di pinggir jalan. “Terpenting jangan lama-lama. Kalau mulai terjadi kerumunan, langsung ditegur agar membubarkan diri,” ungkapnya.

Kondisi demikian jelas berpengaruh terhadap pendapatan. Satu-satunya pemasukan yakni melalui penjualan bibit amarilis. Akan tetapi hasilnya tidak maksimal. Padahal cara jualnya dilakukan secara ofline maupun online.
“Penjualan anjlok dibanding saat-saat normal, turun lebih dari separonya. Turunnya drastis, baik dari penjualan offline (langsung ke lokasi) atau online,” ucapnya.

Sebelum pandemi Covid-19 bisa jualan hingga 20 ribu bibit. Namun tahun ini sampai awal September ini penjualan online baru ada tiga pemesan. Mengenai harga tidak mengalami perubahan, yakni satu indukan amarilis Rp 3.000, sementara satu pohon ukuran kecil Rp 2.500.

“Kami berharap ada penurunan level PPKM. Kemudian ada kelonggaran yang membuat aktivitas kunjungan hingga penjualan bibit amarilis bisa lebih menggeliat,” ujarnya.

Seorang pengguna jalan, Suwardi mengaku sempat terhenti dan mengabadikan bunga amarilis dari kejauhan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, saat ini jumlah orang yang sekadar berhenti relatif sedikit. “Sepi. Mungkin karena pengaruh perpanjangan PPKM,” katanya.

Terpisah, Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Gunungkidul Harry Sukmono menegaskan, seluruh destinasi wisata masih ditutup. Keputusan diambil mengikuti instruksi pusat yang tetap menerapkan PPKM Level 4 di aglomerasi DIJ. “Penjagaan di pintu masuk wisata kami tingkatkan untuk mengantisipasi adanya kunjungan wisatawan,” kata Harry. (gun/laz)

Gunungkidul