
PEDULI AIR – Koordinator Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo ketika ditemui di kediamannya di Padukuhan Tanjung 1, Kalurahan Bleberan beberapa waktu lalu.(GUNAWAN/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Langganan krisis air yang melanda Kabupaten Gunungkidul disetiap musim kemarau, menjadi kekhawatiran sekelompok pegiat lingkungan. Melalui konservasi berbasis komunitas, mereka mencoba menghidupkan kembali mata air yang telah mati dengan penanaman pohon beringin.
Koordinator komunitas ‘Resan’ Gunungkidul, Edy Patmo mengatakan, komunitasnya terbentuk setahun lalu. Markasnya di Padukuhan Tanjung 1, Kalurahan Bleberan. Mereka memiliki komitmen untuk peduli dengan konservasi air.
“Komunitas resan ini lahir karena keprihatinan melihat sumber air yang banyak mengering. Air itu bukan untuk main-main, tetapi butuh penanganan yang serius dari semua pihak,” kata Edy beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, resan bagi orang jawa berarti penjaga mata air. Dipilih nama itu karena pohon-pohon yang selama ini menjadi penjaga air sudah mulai ditebangi. Fokus komunitasnya menanam pohon beringin disumber-sumber yang mulai mengering atau kering kerontang. “Mimpi kami sederhana, agar sumber air mati hidup kembali dan bisa dimanfaatkan warga,” ujarnya.
Dia berkeyakinan jika berjalan sesuai rencana, akan berdampak positif terhadap ketersediaan air. Paling tidak, warga setempat tidak perlu susah payah mencari atau membeli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Selain resan, kami juga mengajak 13 komunitas lain untuk mengembalikan pohon beringin yang sudah mulai menghilang,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil penelusuran disejumlah lokasi, ternyata sumber air banyak yang mengering. Misalnya di Kalurahan Mojosari, Kapanewon Playen. Padahal menurut cerita warga setempat semula debit air cukup besar.
“Nah, melalui komunitas ini kami mengajak masyarakat agar menaman pohon dan bersedia merawat,” ucapnya.
Dipilihnya pohon beringin, menurut Edy, beringin bisa tumbuh besar dan mampu menyimpan air hujan, karena akarnya bisa masuk ke dalam tanah. Keterlibatan komunitas lain dalam kegiatan konservasi tersbeut memudahkan upaya mencari pohon beringin besar, kemudian dijadikan bibit baru untuk ditanam. “Caranya dengan stek pohon, dan ditanam menggunakan polybag,” terangnya.
Menurut dia, paling tidak memerlukan satu tahun supaya bibit beringin siap tanam. Agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik butuh waktu dua tahun. Selama dua tahun itu perlu dirawat dengan cara siram ketika musim kemaru.
“Aktifitas konservasi air ini menggandeng belasan komunitas dan pokdarwis dari Kapanewon Playen, Gedangsari, Saptosari, Nglipar, dan Kapanewon Semin,” ujarnya. (gun/bah)