RADAR JOGJA – Rencana dimulainya pembangunan jalan alternatif Tawang-Ngalang disambut baik pelaku wisata di Gunungkidul zona utara. Namun mereka berharap, keberadaanya jangan sampai memicu bad mood wisatawan.

Pengelola Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Kapanewon Patuk Sugeng Handoko memberi catatan khusus dampak negatif dan positif pembangunan jalur alternatif itu. Positifnya, dapat kemudahan akses karena wisatawan Solo bisa lebih mudah tanpa terjebak macet.“Kedua mendorong masyarakat untuk mengembangkan usaha karena wilayahnya banyak orang lalu lalang. Ketiga melihat akses semakin dibuka maka ada peluang kemudahan pemasaran prodak lokal,” kata tokoh pemuda dengan segudang prestasi ini.

Namun dampak negatifnya, Pemuda Pelopor Tingkat Nasional 2011 dalam bidang seni budaya dan pariwisata itu menyoroti desain jembatan. Jalan penghubung ini idealnya didesain agar bisa menjadi daya tarik bagi pengunjung.
“Desain disesuaikan dengan kondisi alam. Jangan sampai kaku dan tidak enak dipandang wisatawan. Tentu ini menjadi tantangan,” ungkap pelaku PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Mandiri) terbaik 2014 oleh Kemenkokesra ini.

Sementara itu, Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi mengatakan, di wilayahnya ada tiga desa terdampak pembangunan jalur alternatif Sleman-Gunungkidul itu. Yakni Desa Bunder, Desa Putat dan Desa Ngoro-oro.“Ketika pembangunan tuntas, masyarakat di sekitar lokasi bisa memanfaatkan peluang dengan mendirikan spot ekonomi. Jangan hanya dapat sampah dan debu,” kata camat yang tahun depan memasuki usia pensiun itu.

Oleh karenannya, wilayah dengan potensi wisata terus melakukan koordinasi dalam upaya pengembangan. Dari pemerintah sendiri juga menyambutnya dengan sejumlah program serta pembinaan.

Terpisah, Dukuh Plumbungan, Putat, Patuk, Sulistyo mulai ancang-ancang merespons pembungunan jalan alternatif. Rencananya lokasi strategis dari titik koordinat Jembataan Kepil-Bobung oleh pemerintah kalurahan akan dibangun pusat kuliner. (gun/laz)

Gunungkidul