RADAR JOGJA – Pendemi virus korona merongrong usaha Desa Wisata Bobung, Putat, Patuk. Perajin di sentra kerajinan topeng kayu tersebut kesulitan memasarkan prodaknya. Kondis ini sudah mereka rasakan tiga bulan lalu. Mereka bahkan menyebut tidak ada pembeli sama sekali.

Seorang perajin topeng kayu, Kemiran mengatakan, dampak dari penyebaran korona berpengaruh besar terhadap perajin topeng maupun batik kayu di Desa Wisata Bobung. Kegiatan usaha macet karena tidak order. “Terakhir kali mendapatkan pesanan pada Februari. Selebihnya hingga Juli ini belum ada,’’ kata Kemiran Kamis (2/7).

Ini berarti berubah 100 derajat dengan di masa normal. Sebelum wabah datang, satu bulan dia bisa mengantongi Rp 10 juta. Karena tidak mungkin hanya mengeluh, pihaknya mengoptimalkan pertanian. Sedangkan menambah penghasilan dengan mengoptimalkan pemeliharaan ayam kampung.

Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Gunungkidul, Sih Supriyana mengaku sudah memonitor terkait dampak virus korona pada sektor usaha. Salah satunya yang dialami perajin Desa Wisata Bobung. Sebagai bentuk support, dinas juga sudah melakukan kunjungan ke koperasi kerajinan di wilayah tersebut yang membawahi para perajin.

Disinggung mengenai adanya bantuan stimulan, Sih Supriyana mengakui dinas koperasi UKM tidak memiliki. Hanya saja, pada saat pendataan sektor usaha terdampak korona, telah mengusulkan sesuai dengan kategori usaha yang ada. “Kami usulkan sekitar 23.000 an usaha, tapi pemberian bantuan terdampak korona, kami belum mendapatkan data dari dinas yang menyalurkan bantuan,” ujarnya.

Menurut dia, dampak Covid-19 tidak hanya dirasakan perajin topeng kayu, tapi dialami usaha lain. Hasil dari pendataan, kerajinan dan fesyen menjadi usaha yang paling terkena imbasnya. Sementara kuliner masih bisa berjalan meskipun dengan pendapatan tak menentu. “Kami menyarankan perajin untuk alih pekerjaan seperti membuat mebel atau bertani,” ucapnya. (gun/din)

Gunungkidul