
KISAH : Shaggydog meluncurkan buku biografi berjudul Angkat Sekali Lagi Gelasmu Kawan yang bercerita tentang kisah perjalanan bermusik selama 24 tahun. (DEVA SEPTIAN SURYA for RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Shaggydog memang tak ada matinya dalam berkarya. Terbukti dengan rekam jejak perjalanan selama 24 tahun dan semakin solid. Band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik dan Yoyo ini sudah memiliki 7 album musik.
Kali ini, enam pemuda asal Kampung Sayidan ini merilis sebuah buku. Bertema perjalanan mereka dalam berkarir di industri musik. Tak sendiri, para personel Shaggydog menggandeng eks jurnalis Kumparan, Ardhana Pragota untuk menulis ulang perjalanan mereka dalam berkarir.
“Waktu itu awal pertama kali ketemu tahun 2019 Februari, kan saya dulu editor redaktur di Kumparan bagian liputan khusus. Waktu itu ada tema yang paling rame yaitu RUU Permusikan,” jelas Gota, sapaannya ditemui di Prambanan Jazz Cafe, Rabu (29/12).
Gota mengenang, saat itu dia berangkat ke Jogjakarta untuk penugasan itu. Hingga akhirnya bertemu dengan personel Shaggydog. Momen pertemuan pertama dengan sang vocalis Heruwa.
Ditengah perbincangan itu, tiba-tiba Heruwa menawarkan untuk menulis buku. Tanpa berpikir lama, Gota langsung mengiyakan permintaan sang vocalis. Hingga akhirnya tercipta buku berjudulkan Angkat Sekali Lagi Gelasmu Kawan.
“Buku ini terbagi menjadi empat bab, Rude Boy, Boom Ska, Bersinar, dan Masih Bersama. Masing-masing babak menceritakan era penanda perubahan karir serta ditambah bonus session menganalisa Shaggydog melalui data,” katanya.
Untuk menghidupkan tulisan, Gota menggali informasi secara mendalam. Dengan melakukan sesi wawancara kepada masing-masing personel. Fokusnya pada memori selama mengarungi bahtera dalam band yang sama.
Tak jarang dalam perbincangan ini muncul intrik kecil. Ini karena masing-masing personel memiliki kenangan yang berbeda. Hanya saja seluruh cerita tersebut dikemas dan menjadi materi dalam buku otobiografi ini.
“Mereka lupa beberapa detail sehingga tak jarang mereka saling bersitegang ketika mendengarkan cerita yang berbeda dari point of view masing-masing,” ceritanya.
Beberapa kisah yang terekam seperti kegamangan Heruwa saat pindah dari Bali ke Jogjakarta. Lalu kisah pertemuan anak-anak SMA yang kemudian menjadi cikal bakal Shaggydog. Era keemasan Ska sampai kebangkrutan dan kebangkitan Shaggydog dikupas tuntas dalam buku ini.
“Tak hanya berwujud teks, buku ini juga memuat visual berupa foto koleksi pribadi yang sebagian besar belum pernah dipublikasikan. Untuk fotografinya menggandeng Angki Purbandono dan Agan Harahap sebagai kuratornya,” ujarnya.
Heruwa menuturkan buku otobiografi menjadi bagian dari mimpi para personel Shaggydog. Menuangkan cerita perjalanan selama 24 tahun dalam rangkaian kalimat. Baginya kisah perjalanan selama bermusik sangatlah menginsiprasi dan bermakna.
Cerita-cerita inilah yang dibagikan kepada khalayak luas. Kumpulan kisah yang selama ini belum terekspose. Baik saat hadir dalam format band maupun kisah perjalanan per-individu.
“Shaggydog ini terbentuk karena serangkaian cerita karena dia berasal dari komunitas dan selama 24 tahun ini kan kami ketemu banyak orang. Kami ada banyak peristiwa dan berbagai macam hal, kami pikir ini saatnya membagi semua itu dengan fans kami dengan membuat buku,” kata Heruwa. (om12/dwi)