
PENELITIAN: Terdapat 8 orang mahasiswa S1 Program Studi Agribisnis dan 1 orang mahasiswa Magister Agribisnis yang mengikuti kegiatan MBKM ini dibawah bimbingan Dr Ernoiz Antriyandarti sekaligus sebagai ketua tim peneliti. (DOK PRIBADI)
RADAR JOGJA – Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kantong kemiskinan di Pulau Jawa, terutama daerah kering di kawasan pegunungan karst. Kelangkaan air permukaan adalah kendala utama pada kegiatan pembangunan ekonomi di pegunungan karst Gunungkidul, terutama untuk pertanian dan peternakan.
Dengan kondisi alam yang jauh dari kriteria subur dan rawan bencana alam, diperlukan adanya intervensi, strategi, rekayasa dan terobosan untuk mengatasi berbagai tingkat kerentanan dengan memperkuat resiliensi masyarakat karst dengan tetap berfokus pada pembangunan pedesaan tanpa merusak ekosistem dan ekologi-sosial karst.
Kekeringan menjadi bencana rutin setiap tahun, sedangkan gempa bumi tidak dapat diprediksi kapan dan besar kekuatannya. Kondisi ini melatarbelakangi tim peneliti dari Universitas Sebelas Maret untuk mengikuti Program Riset Keilmuan, skema riset kegiatan kemanusiaan yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendukung kegiatan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM).
Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) adalah suatu inovasi yang dicanangkan Kemendikbudristek Republik Indonesia dalam meningkatkan akses pendidikan tinggi dan meningkatkan link and match antar lulusan pendidikan tinggi dengan dunia kerja di era revolusi industri 4.0. Mahasiswa memiliki kesempatan untuk 1 (satu) semester atau setara dengan 20 (dua puluh) sks menempuh pembelajaran di luar program studi.
Terdapat 8 orang mahasiswa S1 Program Studi Agribisnis dan 1 orang mahasiswa Magister Agribisnis yang mengikuti kegiatan MBKM ini dibawah bimbingan Dr Ernoiz Antriyandarti sekaligus sebagai ketua tim peneliti. Bekerja sama dengan PMI Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Kegiatan ini juga didukung penuh oleh Kapanewon Girisubo sebagai sentra lokasi kegiatan riset kemanusiaan.
Tim peneliti terdiri dari Agustono, M.Si, ahli ekologi dari Fakultas Pertanian UNS dan Dr.Hijrah Saputra, pakar gempa dan geofisika dari Universitas Airlangga.
Terdapat beberapa tujuan dari Riset Kemanusiaan Penanggulangan Bencana Kekeringan dan Gempabumi di Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul, di antaranya adalah menerapkan sistem irigasi tetes untuk mengatasi kekeringan di lahan pertanian. Juga memetakan distribusi titik-titik lokasi rawan bencana alam kekeringan dan gempa bumi, membuat kerangka acuan kerja mitigasi bencana alam kekeringan dan gempa bumi, pendampingan dan edukasi mitigasi bencana. Serta merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan bencana kekeringan dan gempa bumi dengan pendekatan kultural, ekonomi, spasial dan ekologi.
“Bentang alam karst merupakan ekosistem yang mudah rusak, sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada ekosistem karst,” jelas salah satu mahasiswa MBKM Rifa’I.
Selain melakukan kegiatan riset, mahasiswa juga menyusun beberapa program pendukung berkoordinasi dengan masyarakat mitra. “Kegiatan ini sangat membuka wawasan kami mengenai gambaran pembangunan terutama pada bidang pertanian di lahan kering. Kegiatan ini akan diwujudkan di Kapanewon Girisubo, termasuk bagaimana melakukan mitigasi bencana kekeringan dan gempa bumi,” papar Rifa’I.
Dia mengungkapkan, pihaknya juga mendapatkan pengalaman langsung menganalisis curah hujan dengan mengukur air yang ada di botol air di dalam ombrometer, sebuah alat yang digunakan untuk menakar presipitasi. Curah hujan adalah faktor utama yang mengendalikan proses siklus hidrologi di dalam suatu daerah aliran sungai.
“Terjadinya hujan harus ada prakondisi tertentu dari unsur data iklim yang tercakup di dalam bagian ilmu klimatologi. Pengelolaan sumberdaya air membutuhkan data dan informasi hidrologi,” ujarnya.
Pada akhirnya, program ini selain mendorong riset dosen, juga mempersiapkan mahasiswa menjadi calon-calon peneliti yang handal. (*/ila)