
MULAI RAMAI: Pengunjung dengan mengenakan masker melihat produkproduk yang ditawarkan di Malioboro Mal, kemarin (19/6). (GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Malioboro ditetapkan sebagai salah satu kawasan wisata percontohan penegakan protokol Covid-19. Karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja terus mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) bagi pengunjung untuk mencegah potensi persebaran Covid-19 di kawasan tersebut.
Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi (HP) mengatakan, sepanjang Jalan Malioboro akan dibagi dalam lima zona sebagai titik kumpul pengunjung. Setiap zona terdapat kapasitas maksimal bagi pengunjung. “Ini untuk mencegah kerumunan pengunjung,” katanya usai meninjau Malioboro kemarin (19/6).
Kapasitas pengunjung sepanjang Jalan Malioboro dibatasi 2.500 orang selama masa new normal. Padahal, di saat normal sekitar 5.000-10.000 pengunjung. Setiap zona terbagi kapasitas sekitar 500 pengunjung. “Itu pun sebenarnya sudah terlalu padat. Nanti akan kami evalausi terus,” ujarnya.
Lima zona itu adalah pintu masuk utama utara yaitu depan Hotel Garuda sampai dengan Mal Malioboro adalah zona satu. Mal Malioboro sampai Hotel Mutiara zona dua. Dari Hotel Mutiara sampai Jalan Suryatmajan zona tiga. Jalan Suryatmajan sampai Jalan Pabringan merupakan zona empat. Serta zona lima Jalan Pabringan hingga Titik Nol Kilometer. Setiap zona maksimal kapasitas pengunjung 500-an. Ini baik untuk sayap pedestrian timur maupun barat. “Pengumuman ini kami pasang di Taman Parkir Abu Bakar Ali biar pengunjung tahu ada kapasitasnya,” jelasnya.
Sementara QR Code yang terpasang di Malioboro belum merata di setiap zona. Ini akan dikembangkan sembari berjalan. Teknis memindai QR Code pun akan dikembangkan yang lebih praktis. Tidak perlu lagi mengisi nama dan nomor telepon. Secara sistem antar QR Code yang terpasang di setiap zona akan bisa melihat berapa jumlah pengunjung yang ada. Pun bisa mengetahui jumlah pengunjung diq zona-zona berikutnya yang masuk maupun keluar. “Nanti akan di kembangkan berapa lama pengunjung dibatasi di zona itu. Otomatis kalau lewat waktu harus keluar scan lagi zona berikutnya. Saat ini masih dilonggarkan,’’ terangnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogja Maryustion Tonang mengatakan aplikasi berbasis QR Code akan mampu terintegrasi dengan destinasi, akomodasi ataupun fasilitas penunjang terkait kepariwisataan. Sehingga dengan integrasi akan nampak manfaat terutama dari sisi pencegahan dan akselerasi atau perputaran pengunjung yang hadir di satu wilayah. “Saat ini masih manual. Jadi kesulitan,’’ katanya.
Pemilihan ide kapasitas di setiap zona titik kumpul ini berangkat dari protokol kesehatan, keamanan, dan kebersihan. Dari sisi cuci tangan, masker, dan jaga jarak. Dari terjemahan jaga jarak itulah maka muncul ide pembatasan kapasitas yang ideal dalam satu titik di destinasi wisata yaitu 50 persen dari kapasitas normalnya.
Oleh karena itu, dengan aplikasi akan terintegrasi. Tidak hanya di Malioboro, nantinya akan terintegrasi dengan Taman Pintar, Kraton Jogja, dan Kebun Binatang GL Zoo dan lain-lain. “Nanti skalanya luas bisa menjadi program provinsi,’’ tambahnya.
Selama sepekan, setelah simulasi protokol baru di Malioboro sudah terdapat sekitar 4.000-4.500 pengunjung. Dalam sehari bisa mencapai 500-600 pengunjung. Kebanyakan pengunjung dari luar kota yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Tengah, dan Jawa Timur. “Beberapa memang dari luar kota,” imbuh Kepala UPT Malioboro Ekwanto. (wia/din)