BANTUL – Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul terus berupaya menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan temuan penderita Tuberculosis (TB). Itu bertujuan untuk mempercepat proses penanganan penderita TB. Juga sekaligus menekan penularan penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis tersebut.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bantul dr Sri Wahyu Joko Santoso menegaskan, rumus temuan penderita TB berbeda dengan jenis penyakit lainnya. Umumnya, tingginya temuan penyakit tertentu sebagai indikator negatif. Namun, parameter ini tidak berlaku untuk TB. Sebaliknya, banyaknya temuan TB justru semakin baik. “Bukannya kalau banyak menemukan malah lebih jelek,” jelas Oki, sapaannya di kantornya Kamis (29/3).
Oleh karena itu, tren peningkatan temuan TB di Kabupaten Bantul selama beberapa tahun terakhir sebagai catatan positif. Rerata per tahun meningkat dua persen. Pada 2016, misalnya, Dinkes mendapatkan temuan penderita TB sekitar 290-an orang. Temuan ini meningkat menjadi 320 penderita pada 2017.
Kendati meningkat, Oki meyakini penderita TB di Bumi Projo Tamansari sebenarnya lebih banyak. Merujuk target pemerintah pusat Dinkes Bantul dipatok menemukan 620 penderita. Masalahnya adalah tidak sedikit penderita TB belum ingin periksa. Atau tidak melaporkanya. “Sebaiknya melapor atau periksa. Karena penderita TB yang silent berpotensi menular kepada orang lain,” ujarnya.
Agar temuan TB meningkat, Oki mengungkapkan, ada berbagai strategi yang telah diterapkan. Antara lain, meningkatkan pelayanan plus inovasi kesehatan. Salah satu praktiknya, pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas aktif berperan menemukan penderita TB di wilayahnya masing-masing dengan beragam cara. Juga, membangun ruang pelayanan khusus bagi penderita TB di puskesmas.”Kami juga support obat plus sarana prasarana,” bebernya.
Strategi lain adalah mendorong peran masyarakat. Contohnya, melalui perkumpulan peduli TB. Kendati gencar mendapatkan temuan, Oki menegaskan, Dinkes juga intens memberikan advokasi. Itu bertujuan agar orang yang dicurigai menderita TB tidak dikucilkan apalagi sampai diberhentikan dari pekerjaan. Toh, penularan penyakit TB dapat diantisipasi. Walaupun penularannya melalui udara. Salah satu caranya, penderita menggunakan masker.
Lalu, bagaimana caranya agar tidak tertular TB? Oki memberikan kiat-kiatnya. Di antaranya menggunakan masker bila berbicara dengan penderita TB. Atau menjaga jarak. Agar tidak terciprat ludah penderita TB. “Tidak boleh mengucilkan. Yang perlu dilakukan hanya waspada,” ingatnya.
Dalam kesempatan itu, Oki juga membeberkan sejumlah ciri-ciri penyakit TB. Yaitu, batuk lebih dua minggu, berkeringat saat malam hari persisnya mulai pukul 00.00 hingga pukul 04.00 dengan tanpa beraktivitas. Juga, penurunan berat badan serta keluhan pernapasan seperti sesak dan nyeri di dada.”Bagi anak-anak, status gizinya turun,” paparnya.
Oki mengakui penyakit TB berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Kendati begitu, Oki memastikan dapat disembuhkan. Caranya dengan mengonsumsi obat secara teratur selama enam bulan dan tak boleh terputus. “Dikatakan terputus kalau tidak mengonsumsi selama dua bulan berturut-turut,” pesan Oki sembari mewanti-wanti penderita juga mengonsumsi makanan sehat dan bergizi. (zam/din/mg1)