BANTUL – Bila gedung SD Seropan yang terancam ambruk sudah ada kepastian tertangani, nasib bangunan SMP 2 Muhammadiyah Dlingo masih belum menemui kejelasan. Padahal, letak dua bangunan sekolah ini jejer alias berdekatan. Akibatnya, 69 siswa kelas X SMP 2 Muhammadiyah terancam menjalani ujian nasional (Unas) di tenda darurat.

Menurut Kepala Sekolah SMP 2 Muhammadiyah Maryono, hingga sekarang yayasan yang menaungi SMP 2 Muhammadiyah Dlingo masih mempertimbangkan untuk membeli lahan baru. Rencananya, calon lokasi ini seluas sekitar 9.000 meter persegi.

“Membeli lahan milik warga,” jelas Maryono saat dihubungi Selasa (27/2).

Sebagaimana diketahui, sejak dua bulan terakhir kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa SMP 2 Muhammadiyah di kelas darurat. Letaknya tidak begitu jauh dari lokasi lama. Ini menyusul munculnya beberapa titik rekahan tanah di sekitar bangunan sekolah. Saking parahnya, rekahan ini memicu bangunan sekolah terancam ambruk.

Dengan mepetnya waktu yang tersisa, Maryono mengaku cukup dipusingkan dengan nasib siswa kelas X ketika Unas. Sebab, Unas digelar Mei mendatang. Sementara, pembebasan lahan calon lokasi baru pun belum sampai tahap signifikan.

Maryono berpendapat kelas darurat tidak representatif dijadikan tempat penyelenggaraan Unas. Karena itu, Maryono cenderung mempertimbangkan bangunan SD Seropan lama sebagai alternatif. “Kelas darurat tidak tertutup. Tidak representatif,” keluhnya.

Terpisah, Kepala Desa Muntuk Kelik tak mempermasalahkan SMP 2 Muhammadiyah memilih bangunan SD Seropan. Bahkan, pemerintah desa mengizinkan andai bangunan SD Seropan lama dijadikan tempat kegiatan belajar mengajar (KBM). (zam/ila/mg1)

Bantul