JOGJA- Sebanyak 54 patung menghiasai berbagai sudut wilayah Kotabaru, Kota Jogja. Mulai Museum Sandi, seputaran Stadion Kridosono, dan beberapa ruas jalan arteri.
Beberapa patung di antaranya merupakan karya seniman patung internasional asal Jepang, Thailand, dan India. Tak kurang 50 pematung terlibat dalam pameran patung ruang terbuka Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2017.
Aneka jenis patung dengan beragam bentuk tersebut bakal nongkrong di jalanan selama tiga bulan. Mulai hari ini (10/10) hingga tiga bulan ke depan.
Ajang ini menjadi agenda dua tahunan Asosiasi Pematung Indonesia (API). Seperti pernah digelar pada 2015 di sepanjang Jalan Mangkubumi.
Kali ini, dengan mengusung tema Jogjatopia, API sengaja memilih Kotabaru sebagai kawasan urban heritage.
Jogjatopia diambil dari kata Jogja dan Utopia. Dimaknai sebagai tata kota yang ideal dengan mempertimbangkan konteks historis dan sosialnya dalam visual yang serasi dengan lingkungan.
“Sebelum memutuskan Jogjatopia kami lebih dulu melakukan riset selama dua bulan,” jelas Ketua API Anusapati di Angkringan Kobar kemarin (9/10).
Sesuai temanya, pameran ini mengusung sejarah arsitektur Hindia Belanda. Sekaligus mengajak masyarakat menapaki impian kolonial yang utopis tentang kota masa depan. “Dulunya rumah-rumah di Kotabaru bercorak arsitektur Belanda. Hal itu demi mengurangi homesick pejabat Belanda agar betah tinggal di sini,” ujar Lurah Kotabaru Riyan Wulandari.
Meski termasuk wilayah sempit, tak lebih dari 700 hektare, lanjut Ryan, Kotabaru memiliki nilai histori tinggi dari tiga unsur keistimewaan DIJ. Yakni, arsitektur, pemerintahan, dan pertanahan.
Riyan berharap, JSSP kali ini mampu mengenalkan Kotabaru secara lebih detail dalam rangka mendukung keistimewaan dan pariwisata DIJ.
Sementara bagi Ketua Panitia JSSP 2017 Hedy Hariyanto, Kotabaru dipilih sebagai etalase karyapatung Jogjatopia lebih karena kompleksitasnya. “Secara visual menarik, baik dari segi landscape, sejarah, dan sosialnya. Karena itu perlu dieksplor lebih jauh,” ucapnya. (mg3/mg4/yog/ong)