Pengunjung Bisa Bikin Menu Sendiri Sesuai Selera
Menemukan kedai cokelat di Gunungkidul tidak semudah mencari coffee shop di kota-kota besar. Namun, di Desa Nganggeran, Patuk, wisatawan tak hanya bisa mencicipi menu olahan cokelat murni. Tapi boleh meramu dan menikmatinya sendiri di Griya Cokelat.
GUNAWAN, Gunungkidul
Tidak hanya minuman cokelat yang akan memanjakan siapa pun pengunjung kedai yang dibangun dengan konsep show room ini. Aneka penganan berbahan cokelat murni pun tersedia.
Griya Cokelat sendiri yang terletak di kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran memiliki halaman parkir cukup luas. Pengelola juga menyediakan tempat nongkrong asyik bergaya lesehan.
Akhir pekan lalu Radar Jogja menyempatkan diri berkunjung ke Griya Cokelat. Udara dingin yang merasuk ke tubuh mendadak buyar ketika penjaga show room mengantarkan cokelat “selamat datang”.
Namanya Surini. Meski duduk di bagian keuangan, perempuan paro baya itu sagat fasih menjelaskan roda perjalanan usaha cokelat.
“Kami merintis sejak 2014 dan sekarang sudah memiliki show room sendiri,” ungkapnya mengawali dialog.

Griya Cokelat merupakan usaha mandiri yang dikelola masyarakat satu desa. Di awal berdirinya hanya mampu mengolah dodol cokelat, sekarang sudah bisa membuat cokelat batangan. Ada juga keripik pisang cokelat, kue cokelat, dan aneka penganan berbahan cokelat murni lainnya.
“Kami berterima kasih karena sudah mendapatkan bantuan dari CSR (corporate social responsibility) dan dukungan penuh dari pemerintah,” sambung Surini.
Kembali ke menu dengan olahan cokelat murni, kata Surini, disajikan dengan gaya kekinian. Menurut dia, Griya Cokelat membidik pelanggan segala umur. Karena itu, selain rasa, tampilan harus dibuat semenarik mungkin dengan harga sangat variatif yang cukup terjangkau untuk kantong anak muda.
Segelas minuman dengan varian rasa, misalnya. Hanya dibanderol Rp 5 ribu hingga Rp 5.500. Dodol cokelat per pack Rp 13 ribu isi dua belas batang. Sedangkan cokelat batangan Rp 28 ribu. Soal kemasan produk, Griya Cokelat sangat peduli dengan higienisme. Tak tanggung-tanggung, untuk membuat kemasan saja dikerjasamakan dengan Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPTBA LIPI) Jogjakarta.
Selain melayani konsumen di kedai, produk hasil olahan cokelat dipasarkan secara online lewat media sosial. Itu demi mendongkrak pasar, sekaligus promosi produk agar lebih dikenal secara luas.
Soal rasa tak diragukan lagi. Sebagaimana penuturan Wintarti Abadiah, salah seorang pengunjung siang itu. Dia sangat menikmati sajian cokelat khas Griya Cokelat.
Mendapat kesempatan membuat dodol cokelat menjadi pengalaman tersendiri bagi Wintarti. “Rasanya mantap, apa lagi minumannya. Cokelat beneran kalau ini,” ujarnya.
Bagi pengelola kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, kehadiran Griya Cokelat menambah gayeng suasana destinasi wisata alam itu. Kedai cokelat ini pun menjadi lahan ekonomi warga setempat yang cukup menjanjikan. “Makanya setiap pekerja dituntut kerja maksimal. Gaji bagi pekerja diambilkan dari keuntungan penjualan,” jelas Sugeng Handoko, salah seorang pengelola ekowisata. (yog/ong)