RADARJOGJA.CO.ID – BANTUL – Ar, 16, hanya duduk termangu di samping ibunya, Pairah, 40, kemarin (9/8). Bocah yang baru lulus SD tahun ini tak sepatah pun berucap. Walaupun penyidik Polsek Jetis mencecar ibunya dengan sejumlah pertanyaan. Sesekali bocah berkulit sawo matang itu hanya menggeser posisi duduknya.
Ya, kedatangan Pairah bersama putri semata wayangnya di ruang Kanit Reskrim Polsek Jetis itu guna memenuhi permintaan penyidik. Menyusul adanya laporan dugaan pencabulan terhadap Ar.
“Laporan kami buat tanggal 7 (Senin) Agustus lalu,” jelas Kanitreskrim Polsek Jetis Iptu Anar Fuadi.
Perkara yang menimpa bocah dengan keterbelakangan mental itu sungguh memilukan. Ar hamil lima bulan. Yang lebih menyedihkan, janin dalam kandungan Ar adalah buah dari perbuatan ayahnya sendiri, Sajiman, 41.
Anar mengungkapkan, Sajiman menggauli anak semata wayangnya itu sejak Februari lalu. Setidaknya hubungan layaknya suami istri antara ayah dan anak itu berlangsung hingga empat kali. “Saat ibunya (Pairah) tidak berada di rumah,” lanjutnya.
Terungkapnya perkara ini berkat kecurigaan warga. Suatu ketika Sajiman menggelar acara hajatan di rumahnya.
Sejumlah tetangga yang ikut membantu curiga dengan perut Ar. Terlihat buncit seperti hamil. Sang ibu pun tak kalah curiga. Pairah kemudian berinisiatif menginterogasi anaknya. Ternyata, kecurigaan dia benar.
Kabar Ar dihamili ayahnya sendiri pun dengan cepat menyebar ke tetangga.
Mendengar hal ini, sejumlah tokoh masyarakat setempat berang. Mereka meminta perkara tersebut diusut. “Tapi, ibu dan anaknya minta ayahnya tidak dipenjara,” ucap Anar.
Apa pun alasan keluarga, polisi tetap menindak Sajiman secara hukum. Pria paro baya yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan itu lantas ditangkap aparat Senin (7/8) di wilayah Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.
Sejak itu Sajiman mendekam di sel tahanan Mapolsek Jetis. Dia dijerat dengan Pasal 82 Undang-Undang No. 35/2014 mengenai Perubahan atas Undang-undang No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak. “Ancaman hukumannya maksimal tujuh tahun penjara,” tegasnya.
Ibarat nasi sudah menjadi bubur, demikian pula yang dirasakan Sajiman. Di dalam sel prodeo Sajiman mengaku menyesali perbuatannya. Dia berkilah menggauli anaknya lantaran terpaksa. Selama setahun terakhir dia kesulitan menyalurkan kebutuhan biologisnya. Istrinya selalu menolak ketika diajak berhubungan intim.
“Katanya, karena capek,” dalihnya.
Sehari-hari, Sajiman maupun Pairah bekerja sebagai buruh. Tak jarang Pairah juga ikut membantu memasak di rumah tetangganya yang punya hajat. Saat Pairah tak di rumah itulah Sajiman memanfaatkan kesempatan untuk melakukan aksi bejatnya. Apalagi, Pairah selalu pulang dini hari. “Di rumah. Dia (Ar) tidur lalu saya bangunkan. Dia hanya manut,” ucapnya.
Sajiman mengaku tahu jika anaknya hamil sejak sebelum bulan puasa lalu. Setelah dirinya memeriksakan Ar ke dokter. Kendati demikian, Sajiman tetap saja menggauli anak kandungnya itu setelah Lebaran. “Terakhir, ya, itu,” katanya.(zam/yog/ong)