Tolak Tawaran Kerja di Luar Negeri, Pilih Mengabdi untuk Kampung Halaman
Indonesia mungkin hanya memiliki segelintir orang cerdas, yang lulus sarjana di bawah usia semestinya.
Dari yang sedikit itu, Athaya Hanin Nabilah Fahsa, salah satunya.
Dia lulus di Fakultas Kedokteran UII Jogjakarta di usia 18 tahun.
VITA WAHYU HARYANTI, Sleman
Athaya Hanin Nabilah Fahsa bukan hanya lulus di usia sangat belia. Bibil, begitu sapaan akrabnya, juga terbilang lulus dalam waktu singkat. Bagaimana tidak, gadis asal Pakanbaru ini lulus SMA di usia 15 tahun pada 2013 saat dia mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII).
Sejak kecil Bibil memang selalu bercita-cita menjadi seorang dokter. Bibil kecil sadar, menjadi dokter bukanlah cita-cita yang mudah digapai. Rajin belajar saja tidaklah cukup. Dia juga harus tekun menimba ilmu dan mengasah wawasan dari banyak sumber.
Ternyata, semangat itulah yang membuatnya menjadi sosok yang gemar belajar. Tak heran, sejak SD, SMP, hingga SMA, Bibil menjadi langganan di kelas akselerasi secara berturut-turut.
Harus bersaing dengan pelajar lain yang usianya lebih tua tak membuat Bibil minder. Dia justru semakin tertantang untuk bisa mengukir prestasi. Demi meraih mimpi dan cita-citanya itu.
Makanya, untuk merealisasikan impiannya, gadis kelahiran 15 Juni 1998 ini mendaftarkan diri di FK UII selepas tamat SMA.
Usia yang terbilang muda, membuat sosoknya menjadi istimewa. Baik di kalangan mahasiswa maupun dosen. Selama kuliah Bibil tak melulu belajar dan belajar. Dia juga tercatat aktif di organisasi. “Berorganisasi itu cukup penting untuk meningkatkan kapasitas diri agar bisa berkontribusi untuk orang banyak,” ujar Bibil yang hobi bermusik itu.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) SMART dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa FK UII menjadi lembaga yang dinaungi Bibil untuk belajar berorganisasi. Bahkan, di SMART dia pernah menduduki jabatan sebagai ketua divisi dalam bidang riset dan penelitian. Bibil juga aktif mengasah bakat bermusik dengan bergabung dalam Paduan Suara Kedokteran (PADUS) FK UII. “Kalau ini sekadar menyalurkan hobi,” candanya.
Lagi-lagi usia tak menjadi halangan bagi Bibil untuk bergaul maupun berorganisasi dengan teman sekampus. Mereka yang lebih senior justru menjadi penyemangat Bibil mengukir prestasi.
Prestasinya kian lengkap ketika Bibil ditahbiskan sebagai lulusan termuda pada wisuda Periode IV Tahun Akademik (TA) 2016/2017 di Auditorium Prof KH Abdul Kahar Mudzakkir beberapa waktu lalu.
Usai lulus, Bibil memutuskan untuk mengasah keahlian profesi kedokterannya di salah satu rumah sakit di Klaten, Jawa Tengah. Selanjutnya, dia bertekad kembali ke kampung halaman untuk mengabdi bagi masyarakat Pakanbaru. “Di Klaten mungkin sekitar satu tahun. Supaya dapat tambahan ilmu terapan soal medis,” ungkapnya.
Tekadnya untuk melayani masyarakat sudah bulat. Pemikiran mulianya itu sejalan dengan misi seorang dokter yang harus senantiasa untuk menebar manfaat melalui profesi. Khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan. Begitu pula saat dia mendapatkan tawaran pekerjaan di luar negeri dengan iming-iming gaji dan tunjangan, serta fasilitas yang lebih menjanjikan. Bibil pun lebih memilik tetap menjadi dokter di Indonesia. “Menurut saya, Indonesia lebih membutuhkan tenaga kerja medis yang kompeten,” tutur Bibil.(yog/ong)