
YANG TERBAIK: Widya Anugerah Kinasih, 15, bersama buliknya, Sapari, dan Kepala SMPN 7 Purworejo Teguh Widodo, usai mengikuti upacara pelepasan siswa di sekolahnya, kemarin (2/6). (Budi Agung/Radar Jogja)
Ortu Tingal di Batam, Hanya Ditemani Bulik Ambil Pengumuman
Prestasi terbaik tidak harus muncul dari sekolah yang paling baik. Setidaknya hal itu yang diukir Widya Anugerah Kinasih, 15, siswi SMPN 7 Purworejo. Bersama dua siswa lain dari sekolah favorit yakni SMPN 2 Purworejo, dia menjadi peraih tertinggi nilai ujian murni tingkat kabupaten dengan skor 387,50 untuk 4 mapel yang diujikan.
BUDI AGUNG, Purworejo
Widya, anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Dwi Bagus Darmawan-Suyati ini sejak usia tiga bulan harus berpisah dengan kedua orangtuanya. Dia bersama keluarga buliknya, Sapari dan tinggal di Desa Ketawangrejo, Kecamatan Grabag. Kedua orang tuanya tinggal di Bogor sebagai karyawan swasta.
“Tidak mengira saja bisa mendapat nilai baik. Niat saya ya mengerjakan sebaik-baiknya saat ujian,” kata Widya usai acara pelepasan siswa dari sekolahnya kemarin (2/6).
Hebatnya, satu nilai sempurna 10 diperolehnya untuk mapel IPA. Sedangkan Matematika 97,5 dan Bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris masing-masing 96 dan 94. “Saya sudah terbiasa jauh dari kedua orang tua. Alhamdulillah orang tua terus mensuport saya,” katanya yang datang ke sekolah bersama buliknya, tanpa kehadiran kedua orang tua.
Widya mengaku dengan bekal nilainya itu berencana melanjutkan pendidikan di sekolah menengah terbaik di Purworejo. Dia ingin menghabiskan pendidikan formalnya di kabupaten ini dan belum berencana menyusul kedua orang tuanya.
Bulik Widya, Sapari, mengaku jika keponakannya yang lahir tanggal 13 Mei 2002 itu adalah pribadi yang baik, taat dan rajin belajar serta beribadah. Kemauannya menjadi orang sukses sangat tinggi.
“Dia sangat bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Selama bersama saya juga tidak pernah aneh-aneh, manut saja,” kata Sapari yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini.
Dikatakan, prestasi Widya telah terlihat sejak kecil. Bekal nilai SD pun sebenarnya bisa untuk masuk ke SMP favorit di Kutoarjo yakni SMPN 3. Tapi karena jauhnya jarak, dia memilih belajar di SMPN 7 yang berada di Desa Dukuhdungus, Kecamatan Grabag.
“Kalau jauh, mahal di biaya juga. Setiap harinya Widya ke sekolah juga naik angkot. Rumah kami berjarak sekitar 8 kilometer dari sekolah,” tambahnya.
Kepala SMP Negeri 7 Teguh Widodo mengaku bangga peserta didiknya bisa menjadi salah satu terbaik di Purworejo. Hal ini membuktikan jika sekolah pinggiran pun tidak kalah dari sekolah favorit di kota.
“Saya selalu memotivasi anak agar mereka belajar keras. Dengan belajar yang baik dan tekun, semua bisa dicapai,” kata Teguh, salah satu guru prestasi tingkat nasional ini.
Teguh berharap, prestasi Widya akan mendorong siswa lain di sekolah-sekolah pinggiran tidak minder dan optimistis. Dengan kerja keras dan pantang menyerah, semua harapan bisa terwujud.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Purworejo Affandi mengaku, dalam tahun 2017 ini terdapat tiga anak yang berhasil mendapatkan nilai ujian sama dan menjadi yang terbaik di Purworejo. Selain Widya, dua nama lainnya adalah Satria Widiantoro dan Rizki Juniar Nugroho, keduanya dari SMPN 2 Purworejo. (udi/laz/ong)