GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA
JOGJA – Tak hanya di Jakarta, di Jogja juga muncul gerakan mendukung calon independent. Namanya, Jogja Independent (Joint) yang diharapkan mampu memunculkan tokoh alternatif dalam pemilihan wali kota (Pilwali) 2017 mendatang.

Deklarasi ini dilakukan di bawah jembatan Kali Code, kemarin (20/03). Hadir beberapa tokoh, di antaranya Busyro Muqoddas, Butet Kertaradjasa, Danang Parikesit, Garin Nugroho, dan tokoh lain. Mereka berharap orang-orang pintar di Kota Jogja maju sebagai calon independent.

Salah seorang penggerak Joint Herman Dody Isdarmadi menjelaskan, Kota Jogja memiliki banyak orang berkualitas. Tapi, mereka tak mau bergabung dengan partai politik. “Semangatnya, perlu dicari pemimpin yang berangkat dari warga itu sendiri,” ujarnya disela deklarasi kemarin.

Dody menegaskan, Joint ingin mencari pemimpin tanpa mengandalkan partai politik (parpol). Terlebih, parpol kerap mematok biaya untuk pengusungannya. Dia menuturkan, ada 30 nama yang terjaring. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari akademisi, seniman, dan pengusaha. Nama-nama tersebut bisa bertambah jika ada masyarakat Kota Jogja yang mengajukan.

“Kami ingin dipimpin oleh warga dan untuk warga. Kalau dari parpol pasti akan membawa kepentingan parpol. Selama lima tahun ini dipimpin oleh pemimpin yang berasal dari parpol, dan ternyata tidak membawa Jogja ke arah yang lebih baik,” terang mantan anggota DPRD Kota Jogja tahun 2004-2009 ini.

Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, lanjut dia, mereka telah membuat website. Juga membuat akun di jejaring sosial facebook, maupun media sosial lain.

Di lain pihak, adanya deklarasi ini mendapatkan apresiasi dari petinggi parpol. Salah satunya Ketua DPD PAN DIJ Nazarudin. Menurutnya, jalur perseorangan secara hukum memang diakui. “Artinya, kami akan menyambut positif. Ini menambah dinamika pilwali,” tandasnya.

Tapi, Nazar buru-buru meluruskan. Nazar menjelaskan, sesuai dengan UU memang ada jalur perseorangan, tapi bukan calon independent. Apalagi, kalau diusung kelompok. “Itu namanya mewakili kelompok kepentingan,” sentilnya.

Terlebih, jika motivasi kelompok kepentingan tersebut ingin ikut dalam pertandingan untuk bersaing dengan partai politik. “Sama saja deparpolisasi. Karena pertaruhannnya sistem demokrasi yang telah dibangun selama ini,” katanya.

Dia berharap, dibalik ini motivasinya bukan masalah panggung. Artinya ada kepentingan dari orang-orang politik, tapi mereka tak memiliki “panggung”.

“Sudah ada indikasi deparpolisasi. Apalagi, mereka selama ini dikenal orang politik,” tandasnya.

Senada dengan Nazar, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Jogja Danang Rudyatmoko menyambut positif munculnya calon dari jalur perseorangan. Asalkan, mereka bukanlah untuk deparpolisasi. “Tapi kalau pun ada, ini menjadi introspeksi bagi parpol,” katanya.

Anggota DPRD Kota Jogja ini menambahkan, apalagi yang menjadi alasan adalah mahar untuk parpol pengusung. Dia memastikan, PDIP tak ada mahar politik. “Saya kira parpol di Kota Jogja juga sama (tidak menarik mahar politik). Tapi, lebih pada cost politik,” jelasnya. (eri/ila/ong)

Breaking News