SETIAKY/RADAR JOGJA
DAWUH RAJA: Sultan HB X bersama GKR Hemas saat turun dari mobil menuju Bangsal Sitihinggil, Keraton Jogja, untuk menobatkan GKR Pembayun menjadi putri mahkota dengan gelar GKR Mangkubumi kemarin (5/5).
JOGJA – Tradisi baru di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dimulai Sultan Hamengku Buwono X. Untuk kali pertama, kerajaan penerus Dinasti Mataram itu menunjuk putri mahkota sebagai calon penerus takhta kasultanan
Sebuah tradisi yang selama ratusan tahun tak pernah ter-jadi di Kerajaan Mataram sejak era Panembahan Senopati.”Gusti Kanjeng Ratu Pemba-yun mendapat dawuh asma kalenggahan enggal (perintah nama kedudukan baru) men-jadi Gusti Kanjeng Ratu Mang-kubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram,” ungkap Kanjeng Pangeran Ha-ryo (KPH) Purbodiningrat usai menghadiri pisowanan di Bang-sal Sitihinggil, Keraton Jogja, kemarin (5/5).Menurut salah satu menantu HB X itu, penobatan putri ma-hkota itu bukan dilangsungkan dalam acara sabdaraja. “Acara-nya bernama dawuhraja (perin-tah raja) dan bukan sabdaraja,” ujar suami GKR Maduretno ini.
Meski disebut dawuhraja, Pur-bodiningrat mengaku tidak mengetahui apa perbedaannnya dengan sabdaraja yang dikelu-arkan HB X di tempat yang sama pada Kamis (30/4) lalu. Sama seperti saat menyampaikan sab-daraja, HB X yang datang di-dampingi permaisuri GKR Hemas mengenakan busana kebesaran atau keprabon. Cirinya dengan kuluk wakidan biru atau warna biru. Jalannya pembacaan dawuhraja itu ber-langsung singkat tak lebih dari 10 menit. Perintah dan pembe-rian nama baru bagi putri sulung HB X itu semuanya disampaikan dalam bahasa Jawa.Terkait dengan penobatan ka-kak iparnya itu, Purbodiningrat mewanti-wanti masyarakat tidak perlu bingung. Anggota DPRD DIJ ini kembali meyakinkan da-lam minggu ini Keraton Jogja akan memberikan penjelasan resmi terkait penobatan GKR Mangkubumi tersebut. Sebab, acara sabdaraja maupun dawuhraja itu bersifat tertutup untuk media. “Minggu ini ada jumpa pers,” janjinya.
Seorang kerabat perempuan yang dekat dengan HB X mengungkap-kan, penobatan putri mahkota itu hanya disaksikan abdi dalem, dan beberapa orang kerabat saja. Seluruh pangeran putra HB IX atau saudara-saudara laki-laki HB X absen, alias tak hadir. Termasuk saudara kandung HB X, KGPH Hadiwinoto yang sebelumnya datang dalam acara sabdaraja. Kali ini, Gusti Hadi, sapaan akrab-nya tak terlihat.Demikian pula dengan GBPH Hadisuryo, GBPH Prabuku-sumo, GBPH Yudhaningrat, GBPH Condrodiningrat, dan GBPH Cakraningrat. Mereka seolah-olah sengaja melakukan boikot seperti saat diundang HB X ke Keraton Kilen pada Minggu (3/5) lalu. “Yang hadir hanya dua kakak perempuan HB X, GBRAy Mur-dokusumo dan GBRAy Riyoku-sumo. Pangerannya yang datang malah dari Pakualaman seperti KBPH Prabu Suryodilogo (putra mahkota),” ungkap sumber itu.Adik HB X, GBPH Yudhaning-rat menilai penobatan kepona-kannya sebagai putri mahkota sebagai langkah nekat. Alasan-nya, penobatan itu tak sesuai dengan aturan adat dan pau-geran keraton. “Kok makin ne-kat ya,” kritiknya.
Saat acara, Gusti Yudha, sa-paan karibnya tengah berada di Solo menghadiri acara Kement-rian Negara Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB). Ia mewakili Sekprov Ich-sanuri yang tengah tugas ke Kementerian Dalam Negeri. Disebut-sebut Sekprov di Ja-karta dalam rangka mengurus proses pergantian nama bu-wono menjadi bawono.Kakak Yudhaningrat, GBPH Prabukusumo, mengatakan, secara tegas ia sengaja tak datang. Ia juga mengaku telah menda-patkan undangan dari Keraton Kilen. “Tapi saya tidak mau me-menuhi undangan tersebut,” tegasnya.Gusti Prabu akan menghor-mati dan menghargai bila acara tersebut digelar oleh sultan yang tetap menggunakan gelar kha-lifatullah. Adapun dalam acara sabdaraja, HB X justru menang-galkan gelar tersebut. Adik HB X lainnya, GBPH Ha-disuryo, mengaku tengah be-rada di Kalimantan Timur. Dengan demikian tidak mungkin menghadiri acara penobatan keponakannya tersebut.
Di sisi lain, suasana penobatan Pembayun itu mirip saat HB X dikukuhkan sebagai putra mah-kota. Peristiwanya terjadi 26 tahun silam atau 7 Maret 1989.Kala itu, HB X yang masih ber-nama KGPH Mangkubumi di-tetapkan sebagai putra mah-kota dengan gelar KGPAA Ha-mengku Negara Sudibya Raja Putra Narendra Mataram. Nama tersebut merupakan gelar resmi putra mahkota yang digunakan Keraton Kasunanan Surakarta maupun Keraton Kasultanan Jogjakarta.Penobatan Mangkubumi dila-kukan oleh Kanjeng Panemba-han Puruboyo, salah satu kakak HB IX. Lima menit setelah di-kukuhkan sebagai putra mah-kota, Mangkubumi langsung dilantik sebagai HB X.”Hanya kalau pengangkatan HB X terbuka untuk umum dan dihadiri banyak kerabat. Kali ini acaranya tertutup dan peserta-nya terbatas,” terangnya.
Saat berstatus sebagai putri mahkota, usia Pembayun 43 ta-hun. Ia dilahirkan dengan nama Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nur-malitasari di Bogor, 24 Februari 1972. Ini sama dengan usia ayah-nya ketika menjadi putra mah-kota dan kemudian menjadi sultan. Umurnya juga 43 tahun. HB X lahir 4 April 1946 dan di-nobatkan pada 7 Maret 1989.”Nama GKR Mangkubumi juga sama dengan nama HB X sebelum menjadi raja. Penobatan Pem-bayun bertepatan dengan weton (hari lahir menurut pasaran Jawa, Red) ayahnya, Selasa Wage,” im-buh kerabat tersebut.Dalam pengamatan Radar Jogja, prosesi pisowanan di Si-tihinggil dimulai sekitar 10.50. Itu ditandai dengan kedatangan HB X dan GKR Hemas yang menumpang mobil Alphard hitam AB 10 HS. Kendaraan itu juga yang di-gunakan saat acara sabdaraja satu minggu lalu. HB X dan GKR Hemas berangkat dari kediaman-nya di Keraton Kilen. Begitu sampai di Keben, HB X langsung berjalan menaiki tangga di bela-kang Sitihinggil.
Penghageng Parentah Hageng KRT Yudhahadiningrat terlihat menyambut HB X. Di belakang HB X diikuti GKR Hemas, empat putri dan menantu. Satu-satunya anak HB X yang tak datang hanya GKR Hayu yang sedang studi di Amerika Serikat. Selang bebe-rapa menit, perwakilan dari Kadipaten Pakualam menyusul. Namun KGPAA Paku Alam IX tidak tampak hadir. Sekitar 20 menit kemudian, sekitar pukul 11.10, HB X keluar dari Sitihinggil. Ia langsung ma-suk mobil Alphard AB 10 HS untuk kembali ke Keraton Kilen. Setelah itu, empat putri dan menantu HB X, kerabat dan abdi dalem ikut menyusul menu-ju Keraton Kilen untuk menda-patkan penjelasan lebih lanjut soal dawuhraja tersebut.Suami GKR Mangkubumi, KPH Wironegoro, ternyata tidak naik mobil bersama rombongan istri-nya.
Pembayun dan adiknya GKR Condrokirono menumpang Al-phard AB 10 H. Wironegoro terlihat berjalan kaki menuju Keraton Kilen tak lama setelah rombongan HB X dan GKR Mang-kubumi lewat. Saat ditanya war-tawan, ia menolak diwawanca-rai dan memilih mengatupkan tangan sambil terus berjalan. Sementara itu, Sultan HB X juga belum mau berkomentar. Ketika menemui delegasi ASEAN Mental Health Task Force (AMT) di Bangsal Srimanganti, Keraton Jogja, tadi malam (5/5), HB X menghindari wartawan yang menunggunya. Meski acara jamuan makan malam belum selesai, HB X lang-sung pamit meninggalkan acara. Raja Keraton Jogja yang juga gu-bernur DIJ ini langsung masuk ke Bangsal Kencana dengan ber-jalan cepat. Media pun belum bisa meminta komentar dari Sultan HB X. (pra/laz/ong)
Lainnya
Terbaru

Kota Jogja Mencekam, Tawuran Warga Terjadi di Seputaran Ruas Arteri Kota

Gaya Pakaian Disorot Netizen, Endah Subekti Tanggapi secara Diplomatis

Kirab Waisak Berlangsung Meriah

Kota Jogja Mencekam, Tawuran Warga Terjadi di Seputaran Ruas Arteri Kota

Gaya Pakaian Disorot Netizen, Endah Subekti Tanggapi secara Diplomatis

Kirab Waisak Berlangsung Meriah

Malam Mingguan di Malioboro, Jokowi Bagi-Bagi Amplop ke Pedagang Asongan

Jalan-Jalan di Malioboro, Jokowi Ajak Swafoto Warga dan Wisatawan

War Tiket Indonesia vs Argentina Mulai 5 Juni, Bisa Bayar Pakai BRImo!

Prawiro Burger Jawa Berbahan Dasar Nabati

Bangga Berangkatkan Umrah Orang Tua

Miliki Fungsi Komunikasi, Sosial hingga Politik

Kunci Suara Ada pada Kualitas Bambu
