Ilustrasi
Evaluasi Anggaran Pengadaan Buku
JOGJA – Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Jogja masih menunggu surat edaran resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebu-dayaan (Kemendikbud) mengenai penghen-tian kurikulum 2013. Sekretaris Dindik Kota Jogja Budi Santosa Asrori mengaku baru mendapat informasi soal ini dari pemberi-taan media massa
“Kota taat pada aturan yang berlaku. Tapi keputusan resmi-nya, apakah dihentikan atau dievaluasi, saya juga belum tahu,” ujar Budi Santosa Asrori kema-rin (6/12).
Setalah menerima surat edaran (SE) dari Kemen-dikbud, pihaknya baru akan mengambil sikap. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswe-dan yang dikeluarkan Jumat malam (5/12) yaitu kurikulum 2013 hanya akan dilanjutkan untuk sekolah-sekolah yang sudah ditunjuk sebagai sekolah pengembangan dan percontohan kurikulum 2013. Di Kota Jogja terdapat 35 sekolah, mulai dari tingkat SD hingga SMA/SMK yang menjadi tempat uji coba sejak tahun ajaran 2013/2014.
Sementara untuk sekolah lain, akan kembali menggunakan kurikulum lama yakni kurikulum 2006. Di luar 35 sekolah yang dijadikan sekolah uji coba itu, baru menjalankan kurikulum 2013 selama satu semester. Menurut Budi, hal itu tidak akan menjadi persoalan. “Tinggal menyesuaikan saja, saya kira tidak masalah,” tambah Budi.
Meskipun demikian, menurut Budi, penghentian penerapan kurikulum 2013 ini dipastikan akan berpengaruh terhadap pelatihan kurikulum 2013 bagi guru-guru. Selain itu, lanjut budi, juga akan mempengaruhi pengadaan buku ajar kurikulum 2013.
Pa-dahal hingga saat ini proses distribusi buku ajar di Kota Jogja juga belum sepenuhnya selesai. “Baru SD saja yang sudah selesai 100 persen. Untuk jenjang SMP dan SMA/SMK, baru 75 persen,” terangnya.
Dindik Kota Jogja sendiri, jelas Budi, sebenarnya juga sudah menganggarkan Rp 1,3 miliar untuk pengadaan buku ajar kurikulum 2013. Tetapi alokasi anggaran 2014 itu belum terea-lisasi dan sudah dialihkan tahun depan. Dengan munculnya penghen-tian kurikulum 2013 ini, Dindik Kota Jogja berencana mengeva-luasi ulang. Menurutnya, ang-garan terbesar justru untuk pe-latihan guru. “Tapi untuk pem-biayaanya sudah melalui pusat,” tambah Budi. (pra/laz/ong)