Proyek KIT Bribin Rp 76 M Mandek

JOGJA – Sudah menjadi masalah klasik di setiap musim kemarau, di bebarapa daerah di DIJ selalu terjadi krisis air. Ironisnya, sampai dengan penghujung tahun 2014 ini, masalah krisis air selalu saja memaksa kon-disi darurat bencana. Saat ini, krisis air menimpa beberapa daerah, yakni Gunungkidul Kulonpro-go, Prambanan, Sleman, Piyungan, Dlingo, dan Imogiri di Bantul. Sejatinya, kekeringan ini bisa diatasi, yakni dengan membangun instalasi air yang bisa men-jangkau daerah-daerah tersebut.
Namun faktanya, hal itu tak dilakukan hingga saat ini. “Yang bisa kami laku-kan, baru sebatas penanganan darurat bencana,” kata Kepala Badan Penang-gulangan Bencana Daerah (BPBD) DIJ Gatot Saptadi, kemarin. Ia mengungkapkan, jika tak ingin setiap terjadi selalu terjadi krisis air, seharusnya ada pembangunan insta-lasi yang menjangkau daerah-daerah minus tersebut. Pembangunan in-stalasi, bisa dilakukan dengan men-jalin kerja sama pihak swasta. Pembangunan instalasi ini, memang menyedot dana tak sedikit. Namun hal itu tetap bisa teratasi dengan sharing APBD dari provinsi, kabupaten, dan swasta. “Penanganan yang bisa dila-kukan dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada,” jelas Gatot.
Seperti telah diketahui, di musim ke-marau saat ini, Gubernur DIJ Hamengku Buwono X kembali menetapkan siaga bencana kekeringan. HB X dalam surat keputusannya itu, meminta semua pihak untuk mengerahkan potensi yang ada, agar tak terjadi kekurangan air bagi warga di daerah-daerah. Penerbitan SK tersebut, sudah berulang kali. Tahun lalu, HB X juga menerbitkan keputusan yang sama. Ini karena musim kemarau tahun 2013 silam juga berlangs-ung normal. Hujan baru turun pada pekan terakhir Oktober. Masalah yang setiap tahun terjadi ini, sampai sekarang belum terpeca-hkan. Beberapa tahun silam, Pemprov DIJ bersama Pemkab Gunungkidul sempat memiliki proyek untuk me-naikkan air dari sumur Bribin. Tapi, sampai dengan saat ini, proyek tersebut tak menunjukkan hasil. Jika proyek Bribin ini bisa berjalan lancar, mampu mengatasi masalah krisis air di bukit seribu tersebut.
Perkembangan terakhir, proyek yang telah menghabiskan dana se-besar Rp 76 miliar dari Karlrusche Institute of Technology (KIT) Jerman sebesar Rp39 miliar, dan sharing APBN dan APBD Rp 37 miliar itu, mandek, karena terkendala dana. Berdasarkan catatan Radar Jogja, proyeksi Bribin bisa menghasilkan 100 liter air perdetik. Tapi, sampai sekarang hal tersebut urung terealisasi. Terpisah, Wakil Ketua II DPRD DIJ Ranny Wijayanti mempertanyakan proyek miliaran rupiah itu. Dia men-desak segera ada penanganan yang berkelanjutan dan menyeluruh dari pemprov dan pemkab. “Kita tahu, kri-sis air ini sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Seharusnya, ini bisa se-gera teratasi. Saya yakin, kalau pemerin-tah concern mampu mengatasi,” tandas politikus dari Golkar ini. (eri/jko/jiong)

Breaking News