SLEMAN – Kasus yang satu ini selalu terjadi setiap tahun saat puncak arus mudik dan balik Lebaran. Jalur alternatif terkesan gelap arena minim lampu penerangan jalan. Rambu-rambu petunjuk jalan pun sangat minim. Tak semua persimpangan dilengkapi rambu. “Ini bisa menyesatkan. Petunjuk tak mengarahkan secara detil tapi tujuan global saja. Padahal jalur , kan lewat jalan-jalan pedesaan,” ungkap Sunaryono, 44, pemudik asal Jakarta kemarin (23/7).Bapak dua anak itu mengaku beberapa kali kesasar saat perjalanan dari Prambanan ke Tempel. Dia mencari jalur alternatif menuju Magelang. Dia kebingungan saat melewati persimpangan-persimpangan besar yang cukup gelap dengan lebar jalan yang hampir sama. “Kadang kebablasen, lalu putar balik,lah,” lanjutnya.
Dari pantauan Radar Jogja, rambu petunjuk yang berupa papan berisi tulisan dan tanda panah memang menyebut arah kota. Misalnya ke Solo, Magelang, atau Purworejo. Di beberapa persimpangan, aparat mengandalkan rambu permanen yang dipasang di tiang pancang tepi jalan. Jalur alternatif arah timur, dari Tempel ke Prambanan memang didominasi jalan-jalan kabupaten. Di jalan tersebut memang minim lampu penerangan jalan umum (PJU). Jalur gelap diantaranya di Jalan Tempel-Turi, Jalan Turi-Pakem, dan Jalan Pakem-Cangkringan, serta Jalan Kalasan-Prambanan. Sebagian jalan justru diterangi lampu dari rumah-rumah penduduk.Kasi PJU Dishubkominfo Sleman Widodo Yulistiati tidak menampik masih banyaknya jalur alternatif yang minim lampu penerangan jalan. Keterbatasan anggaran menjadi alasan minimnya stok. Dinas menyiasati PJU rusak dengan system kanibal. “Lampu yang rusak diganti dengan stok yang masih bagus. Tapi tidak harus baru,” ungkapnya.
Kendati begitu, Widodo mengakui, sistem itu tidak bisa menutup kekurangan PJU di jalan-jalan kabupaten. “Untuk Lebaran ini kami memang prioritaskan jalan-jalan utama dulu,” lanjutnya.Menurut Widodo, dari total panjang jalan kabupaten se Sleman sekitar seribu kilometer, kekurangan PJU lebih dari 50 persen. Bahkan, jalan kabupaten di pedesaan belum tersentuh PJU. Selam ini, penerangan jalan mengandalkan swadaya masyarakat. Berbeda dengan kondisi jalan Negara yang ketersediaan PJU-nya lebih mencapai 70 persen. Sebab, pemeliharaannya menggunakan dana pemerintah pusat melalui APBN. “Baru lima persen terpadang PJU di jalan kabupaten pedesaan, sedangkan di jalan utama kabupaten paling 40 persen,” tuturnya.Untuk jalan provinsi, di semua jalur alternatif. Baik sisi timur melalui Tempel-Cangkringan-Prambanan maupun sisi barat lewat Minggir-Moyudan-Godean.
Kondisi jalan kabupaten lebih parah, PJU hanya terpasang di titik-titik persimpangan utama yang dinilai rawan kecelakaan. Itu pun hanya yang ada jaringan listriknya. Masyarakat pengguna jalan, khususnya pemudik diminta untuk ekstra hati-hati saat melintas di perlintasan kereta api. Berdasarkan data PT KAI Daop 6, di wilayah DIJ terdapat 62 titik perlintasan yang tidak berpalang pintu, serta empat perlintasan liar.Perlintasan-perlintasan tidak berpalang pintu ini sebagian besar merupakan jalur ramai lalu lintas. Karena itu kewaspadaan penuh dibutuhkan saat melintasinya.(yog/din)

Breaking News