MAGELANG – Dalam suasana duka, warga Tionghoa Kota Magelang langsung melakukan upacara sembahyang meminta ampun pada Tuhan di halaman depan altar yang terbakar kemarin (16/7). Sejumlah barang sembahyang, seperti dupa, kertas emas, buah-buahan, jajan pasar, dan kelapa muda disajikan. Mereka tidak rasa sungkan melakukan ritual tersebut, meski masyarakat dan aparat keamanan masih berada di lokasi kebakaran.”Kami sembahyang meminta ampun pada dewa. Kami juga minta diberi kekuatan menghadapi ini dan ke depan bisa diberi keamanan dan kelancaran dalam setiap tindakan,” kata Ketua Yayasan Tri Bhakti TITD Liong Hok Bio Magelang Paul Chandra Wesi Aji usai bersembahyang.Chandra didampingi Wakil Ketua Yayasan Tri Bhakti TITD Suwarto melakukan ritual sembahyangan dibantu seorang perempuan tua berbaju merah. Beberapa umat juga membantu ritual tersebut.
Menurut Chandra, seluruh umat merasa terpukul atas kejadian tersebut. Betapa tidak, bangunan yang masuk cagar budaya baru pertama ini terbakar. Untuk pemugaran baru dilakukan sekali, pada tahun 1984 dan bertahan sampai sekarang dengan bentuk yang tidak berubah dari awal berdiri.”Kami berencana merenovasi bangunan ini dan dikomunikasikan ke Pemkot Magelang. Tapi, rencana itu belum terlaksana sampai sekarang. Bahkan, sampai yayasan genap berusia 150 tahun,” ungkapnya.Dari sumber yang tidak mau dipublikasikan namanya, sebenarnya pihak yayasan sempat membuat proposal memperingati HUT ke-150. Kemudian mundur hingga waktu yang belum ditentukan. Sisi lain, bangunan tua ini sempat dianggap kurang bisa menampung umat. Dalam tiga tahun terakhir, dibuatkan bangunan kelenteng baru di belakangnya yang jauh lebih besar dan kuat. Hanya upaya memindahkan Dewa Bumi yang berada di kelenteng selalu gagal.
“Sudah dua kali ada ritual memindah Dewa Bumi ke kelenteng belakang. Tetapi selalu gagal,” ungkapnya.Pembina Yayasan Tri Bhakti Magelang David Herman Jaya menduga ada human error dalam kejadian tersebut. Sesuai ketentuan, seluruh lilin di ruang utama pada tengah malam hari dimatikan. Baru pintu utama ditutup. Aturan tersebut harus dijaga dan dilakukan demi keamanan dan keselamatan semua.”Di vihara juga perlu kejujuran. Semua harus dilakukan sesuai ketentuan,” tegasnya.Seperti diketahui, TITD juga menjadi Kantor DPW Walubi Magelang. Yayasan berencana menggelar HUT ke-150 TITD Liong Hok Bio Magelang. Karena ada pileg dan pilpres, acara diundur.”Berhubung ada kegiatan pemilu legislatif dan pilpres, acara diundur tahun 2015. Undangan juga sudah dibagi-bagikan dan rencananya diselenggarakan pesta besar,” kata David.(dem/hes)
Lainnya
Terbaru

Milenial Loyalis Ganjar Kembangkan Potensi Desa Wisata Grogol Sleman

Nekat Beroperasi di Malioboro, Satpol PP Kota Jogja Sita Otoped Listrik

Teliti Limbah Biota Laut, Diatri Nari Ratih Predikat Guru Besar

Milenial Loyalis Ganjar Kembangkan Potensi Desa Wisata Grogol Sleman

Nekat Beroperasi di Malioboro, Satpol PP Kota Jogja Sita Otoped Listrik

Teliti Limbah Biota Laut, Diatri Nari Ratih Predikat Guru Besar

Boleh Naik Turunkan Penumpang di Jalan Sarkem

Biang Macet, Jalan Pasar Kembang Steril dari Parkir

Shell Indonesia Hadirkan Shell Expert Connect 2023: Future of Transport

Bawa Celurit, Polisi Amankan Anak Berinisial DA

Polisi Bekuk Pentolan Geng Pelajar Kota Jogja

Incar Pasar Jakarta dan Indonesia Timur

Pantau Murid agar Terhindar dari Kekerasan
