TURUN KE BAWAH: Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas saat berbicara dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan di Balai Desa Pandowan, Galur, Kulonprogo, kemarin (2/5).

Buku yang Dulu Masih Kepakai atau Tidak?

Pancasila harus tetap membumi, jangan sampai luntur, dan hilang dari genggaman generasi muda penerus bangsa. Alasan inilah yang membawa GKR Hemas turun ke daerah untuk sosialiasi. Kali ini, Wakil Ketua DPD RI yang juga permaisuri Sultan HB X memilih Desa Pandowan, Galur, Kulonprogo. Seperti apa kegiatannya?
HENDRI UTOMO, Kulonprogo
APAKAH Pancasila yang dulu dengan yang sekarang itu berbeda? Apakah masih bisa buku lama tentang Pancasila diajarkan ke-pada siswa saat ini? Pertanyaan kritis itu keluar dari salah satu mantan guru SD ber-nama Hj Sutinah, warga Pandowan.Pertanyaan antusias yang dilontarkan Su-tinah sontak membuat GKR Hemas sejenak tertegun, terkesan sekaligus bungah. Ka-rena disuksi dua arah itu memang diharap-kan terjadi dalam sosialiasi empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) yang dipusatkan di Balai Desa Pandowan, kemarin (2/5).Dalam kegiatan ini, GKR Hemas ditemani Drs Wahidin Ismail (staf ahli GKR Hemas) yang juga menjadi narasumber dalam ke-sempatan itu. Nampak hadir Wabup Kulon-progo Drs Sutedjo, Muspika Galur, kepala desa, dan sejumlah tokoh masya r akat di Kecamatan Galur.”Pancasila sebagai ideologi sekaligus da-sar negara merupakan sebuah rumusan dan kesepakatan bersama para pendiri bangsa. Ironi jika pemahaman tentang Pan-casila dibiarkan menghilang dari anak-anak, karena itu merupakan ruh negara ini. Maka sosialiasi ini penting, karena pemahaman saja tidak cukup. Kita harus mengajak menga-malkannya sebagai pegangan hidup,” ung-kap Hemas
Ia menegaskan, generasi mu-da harus paham betul Panca-sila, karena di depan perpecahan dan diintegrasi bangsa tengah menghantui. Maka nilai persa-tuan dan kesatuan yang sangat kuat dijelaskan dalam Panca-sila dan Bhineka Tunggal Ika harus diamalkan secara utuh dan teguh.”Kepada para tokoh masyarakat yang hadir dalam kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih dan saya meminta untuk menularkan kepada putro wayah. Katakan bahwa kita tetap mempertahan-kan Pancasila sebagai dasar ne-gara,” tegas Hemas.Dijelaskan, gejolak reformasi mau tidak mau harus diakui telah memaksa negarawan melakukan langkah. Salah satunya dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi UUD N RI 1945. Sehing-ga lahir beberapa lembaga baru, seperti DPD yang dari awal diga-dang mampu berdiri sebagai penyeimbang DPR RI.”DPD memiliki tugas dan konskuensi memberikan per-timbangan kepada DPR RI untuk daerah. Sejauh ini, DPD RI juga terus melakukan terobosan dan perjuangan agar punya manfaat di daerah. Salah satunya UUK yang diperjuangkan mulai tahun 2000 dan baru berhasil 2012 lalu,” jelasnya. Merasa senang dan bangga dengan antusiasme warga yang hadir mengikuti sosialisasi, GKR Hemas mengucapkan terima kasih atas aspirasi yang telah diterimanya dari Desa Pandowan. Hemas juga sempat membagikan buku panduan dan pedoman empat pilar kebangsaan untuk bisa dipelajari seluruh peserta dan ditularkan kepada lingkungan di rumah.Hemas mengaku bahagia saat disuguhi tarian tradisional. Istri orang nomor satu di DIJ ini mengaku budaya daerah harus tetap dipelihara dengan baik. Karena budaya daerah juga se-buah kekuatan sekaligus benteng dari hantaman budaya luar yang tidak sesuai dengan peradaban bangsa Indonesia.
Wabup Kulonporogo Drs H. Sutedjo juga menyambut baik terselenggaranya sosialisasi ini. Ia menilai ini merupakan pem-belajaran bersama dengan ma-syarakat untuk mengerti dan memahami terkait konstitusi UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI agar bisa lebih mudah ditangkap. Sutedjo berharap ini dapat me-ningkatkan kesadaran masyarakat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka yang berke-sempatan mengikuti sosialisasi ini tentu akan bertambah wawa-san dan pemahamannya. Sementara Drs H Ismail Wa-hidin menyatakan, mana mung-kin bisa menjaga keutuhan NKRI jika tidak ada persatuan yang solid. Menurutnya, Indonesia sebagai negara terbesar ke-4 di dunia dengan penduduk hampir 250 juta memiliki pluralisme.”Sedikitnya ada 700 bahasa daerah di Indonesia. Kita me-miliki 1.128 suku bangsa dengan berbagai adat dan tradisi, dan itu semua harus disyukuri seba-gai sebuah kelebihan dan ke-kayaan, yang justru memper-kuat negara jika bisa tetap men-jaga kesatuan dan persatuan,” tambahnya.Ismail menyatakan, Indonesia memiliki potensi menjadi ne-gara besar. Dan jika ada perma-salahan yang dihadapi masya rakat saat ini itu terkait erat dengan Pancasila. “Pancasila tidak hanya sekadar untuk dipajang dan di-hapalkan, tetapi harus diamal-kan,” katanya.Peserta sosialiasi, Farid Nura-him, 50, warga Pandowan menga-ku senang mendapat kesempa-tan mengikuti sosialisasi ini. Ia bahkan usul sosialisasi bisa diagendakan secara rutin, ka-rena masih banyak warga yang tidak tahu apa itu pilar ke-bangsaan. (laz/ong)
 

Boks