Dari Ampas Cair Tahu, Dinamai Nata Prima
Kreativitas tidak boleh dibatasi. Justru harus diberi ruang yang lebih luas. Apalagi, kreativitas tersebut memancing semangat dan jiwa enterpreneur pada kalangan muda. Seperti yang dilakukan siswa-siswi SMA 4 Magelang.
Frietqi Suryawan, MAGELANG
Waktu terus berjalan. Terlihat siswa-siswi SMA 4 Magelang sibuk dengan kegiatan di luar mata pelajaran umumnya. Memang, mereka tidak hanya diasah kemampuan akademisnya. Para siswa juga diasah kreativitas di wirausaha. Salah satunya memproduksi minuman segar nata yang dibuat dari ampas cair tahu atau manyon.
“Minuman ini mulai produksi tiga tahun lalu dan diberi merek Nata Prima,” kata Kepala SMA 4 Magelang Sri Sugiyar Ningsih MPd kemarin (21/10).
Ningsih melanjutkan, pembuatan nata dimulai dari kegiatan belajar mengajar (KBM) mata pelajaran biologi. Di kelas, para siswa mempelajarai aneka jenis bakteri. Termasuk Acetobacter Xylinum yang merupakan bibit nata.
“Kalau biasanya bakteri ini ditumbuhkan di air kelapa, kami cari media lain. Lalu ditemukan ampas cairan tahu yang setelah diteliti cocok sekali dibuat nata. Para siswa antusias mempelajari dan membuat nata yang bernama Nata de Way ini,” tuturnya.
Guru pembimbing produksi Tri Minarni SPt SPdan meneruskan, Kota Magelang memiliki banyak pabrik atau rumah produksi tahu dan tempe. Pabrik ini banyak menghasilkan limbah yang hanya berakhir di pembuangan.
“Kami ambil limbah itu dan diteliti kandungan gizi serta proteinnya. Lalu kami teliti juga untuk dibuat nata yang akhirnya berhasil diciptakan nata. Rasanya tidak kalah dari nata de coco,” paparnya.
Cara pembuatan diawali dengan menyiapkan semua bahan. Di antaranya, ampas cair tahu (manyon), gula pasir, pupuk ZA, asam asetat, bakteri nata, panci, loyang, kertas koran, dan karet gelang. Saring ampas tahu guna mendapatkan manyon yang bersih, masukan ke panci, dan masak hingga mendidih.
Setelah itu, masukan gula, pupuk ZA, dan cuka sambil diaduk. Lalu tuang ke loyang, simpan di dalam ruangan kering dan gelap selama satu hari hingga dingin.
“Setelah dingin, masukan bakteri nata dan diamkan 7-9 hari. Usai nata terbentuk, angkat, dan bersihkan dengan air mengalir. Potong nata sesuai keinginan dan rebus dengan air gula. Setelah direbus, rendam di air gula untuk menghilangkan rasa tahu. Nata sudah bisa dikonsumsi,” jelasnya.
Ia menambahkan, untuk takaran pihaknya mengambil limbah manyon 1 liter dengan ditambah bahan-bahan dan akan menjadi 1 kilogram nata. Nata ini dipotong-potong seukuran dadu dan dimasukan ke kemasan gelas atau cup berisi 17 dadu atau cup.
“Produk yang sudah jadi dijual Rp 3 ribu per cup. Selama ini kami jual di even-even pameran. Beberapa kali ikut gebyar inovasi dan prestasi siswa (GIPS) di provinsi dan seringkali pameran di acara-acara dalam Kota Magelang,” imbuhnya.
Yusrina Luthfi, 17, salah satu siswa pembuat Nata Prima mengaku antusias mengikuti proses pembuatan nata de way ini. Selain mendukung akademik, juga sebagai penopang keahlian wirausaha yang bermanfaat setelah lulus nanti.
“Ingin sekali meneruskan usaha ini setelah lulus nanti. Harapannya, Nata Prima makin dikenal luas masyarakat dan para siswa bisa sekaligus berwirausaha,” katanya.(*/hes/ong)