GUNAWAN/RADAR JOGJA
SANTAI: (ki-ka) Serda Sukino, Kopda Yohanes Ayal, Sertu Heri Susanto dan PNS Herkulano Dakosta berada di depan Barak Kodim 0730 Gunungkidul, kemarin (17/10).
Masih Sederhana, Berharap Lebih dari Kepemimpinan Jokowi-JK
Prajurit TNI memiliki tugas menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tugas berat ini harus mampu diemban. Namun sayangnya, dari sisi kesejahteraan belum semuanya merasakan kenyamanan. Mereka belum sepenuhnya mendapat jaminan kesejahteraan dari penyelenggara negara seutuhnya. Hadirnya presiden baru diharapkan menjadi angin segar.
GUNAWAN, Wonosari
TENTARA yang tinggal di satuan teritorial (sater) Kodim 0730 Gunungkidul dulunya merupakan prajurit dari satuan tempur (satpur). Kini mereka lebih banyak bersosialisasi dengan masyarakat sipil. Namun kondisi demikian tidak bertahan selamanya, karena jika negara dalam situasi genting tetap harus siap maju berjuang di medan perang.
Demikian penjelasan singkat dari salah seorang prajurit TNI, Sertu Heri Susanto kepada Radar Jogja saat ditemui di barak kemarin (17/10). Ayah tiga anak ini kemudian mengajak berkeliling ke kompleks asrama untuk sekadar melihat-lihat.
Dibandingkan dengan rumah penduduk sipil di kanan kiri barak, bangunan asrama tersebut memang nampak sederhana. Untuk prajurit setingkat bintara, tamtama dan PNS tinggal di rumah dalam satu deretan. Kemudian bagi tentara berpangkat perwira sedikit lumayan, karena tidak tinggal di bangunan yang berderet-deret. Di situ ada ruangan garasi berikut fasilitas halaman rumah. Berbeda dengan tentara dengan pangkat dibawahnya, minim teras.
“Saya sendiri tinggal di barak sudah empat tahun. Di awal masuk kondisinya berbeda dibanding pada saat berada di batalyon. Dulu listrik dan air gratis, namun sekarang harus keluar dari kantong sendiri,” ucap tentara yang sempat bertugas dalam operasi Seroja di Timor Timur ini.
Itu belum seberapa, lanjut Heri, menjalani hidup bersosialisasi dengan warga sekitar beda jauh dibanding kehidupan di satuan tempur. Pihaknya sekarang tercatat sebagai Warga RT 08/09 Padukuhan Purbosari, Wonosari, Kecamatan Wonosari.
“Artinya, kami harus menyatu dengan warga sipil. Kegiatan pedukuhan sekecil apapun wajib ikut, termasuk kegiatan sosial ketika ada acara kampung, ” terangnya.
Kembali bermasyarakat masih dengan baju doreng, kata Heri, menjadi kebanggaan tersendiri karena dituakan atau dipercaya untuk menengahi jika ada problem di tengah masyarakat. “Kami beranggapan bahwa ini adalah manunggalnya TNI dengan rakyat yang sesungguhnya,” ujarnya.
Anggota bintara ini memang terkesan lugas dalam memberikan keterangan, berbeda dengan rekan lainnya yang cenderung takut kena marah atasan. “Kami berharap di pemerintahan Jokowi-JK kedepan nasib kami bisa lebih baik. Tapi nama saya jangan disebut,” seloroh prajurit TNI lainnya.
Pihaknya berharap kesejahteraan TNI bisa lebih baik lagi kedepannya. Mengandalkan gaji, kata dia, tidak cukup untuk memenuhi kehidupan selama satu bulan. Maka dari itu, bapak dua anak tersebut memelihara ayam.
“Kalau gaji habis, nanti jualan ayam bisa untuk bayar rekening listrik dan air. Rata-rata satu bulan pengeluaran air dan listrik Rp 100 ribu,” ujarnya.
Untuk diketahui, barak TNI Kodim 0730 kurang lebih dihuni oleh 32 kepala keluarga (KK). Ukuran rumah sendiri seluas 4×6 meter persegi terdiri dari dua kamar dan satu ruang tamu. Hak menggunakan barak tidak bisa selamanya. Ada kebijakan Masa Purna Pensiun (MPP). Purnawirawan diberi waktu sekitar enam bulan untuk pindah sebelum angkat kaki dari barak karena sudah antre calon penghuni lain. (*/ila)