
AKIBAT HUJAN DERAS: Tampak tanaman kacang yang terendam air di Bulak Ler Leran, Padukuhan Lanteng, Selopamioro (3/10). Petani terpaksa memanen dini tanaman kacang tanahnya karena terendam air hingga 25 sentimeter. (DOKUMENTASI PEMKAB BANTUL)
RADAR JOGJA – Masih cukup tingginya potensi bencana hidrometeorologi, membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul memperpanjang masa status siaga darurat. Upaya tersebut kini hanya menunggu persetujuan dari kepala daerah setempat.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul Agus Yuli Herwanta menyampaikan, perpanjangan status siaga darurat bencana itu dilakukan karena ada prediksi musim hujan masih terus terjadi sampai bulan depan. Sehingga meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, hingga angin kencang.
Dari hasil pemetaan BPBD Bantul, beberapa wilayah yang memiliki potensi bencana banjir di antaranya Kapanewon Bantul, Kretek, Pleret, Pundong, Piyungan, Jetis, dan Imogiri. Sementara untuk bencana tanah longsor ada di sebagian wilayah Kapanewon Pundong, Imogiri, dan Piyungan. Lalu untuk bencana angin kencang ancamannya hampir merata di seluruh wilayah.
Untuk diketahui, Pemkab Bantul sebelumnya telah menetapkan status siaga darurat sejak tiga bulan lalu. Terhitung dari 25 Desember 2022 dan berakhir pada 25 Maret. Upaya pengajuan perpanjangankemudian dilakukan karena musim hujan diprediksi masih terus terjadi hingga bulan April mendatang.
“Perpanjangannya masih dalam proses, dan yang diperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi,” beber Agus kemarin (26/3).
Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan BPBD Bantul Antoni Hutagaol menambahkan, perpanjangan status siaga darurat itu sudah diajukan sejak Jumat (24/3) lalu. Adapun masa perpanjangannya terhitungdari tanggal 24 Maret sampai 24 Mei.
“Iya betul, Jumat telah dimintakan ke bupati untuk perpanjangan SK (surat keputusan) siaga banjir longsor dan angin kencang,” beber Antoni saat dikonfirmasi.
Sementara itu, Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG DIJ Etik Setyaningrum dalam keterangannya menyampaikan, fenomena La Nina bulan ini masuk dalam kondisi netral. Diprediksi akan bertahan hingga semester pertama 2023. “Sedangkan pada semester kedua, diprediksi akan beralih menjadi El Nino dengan peluang kejadian 50-60 persen,” tandasnya. (inu/eno)