RADAR JOGJA – Dinas Pariwisata Bantul meniadakan atraksi wisata selama Ramadan. Hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada umat muslim agar khusuyuk dalam beribadah. Khususnya ibadah puasa yang wajib dijalankan satu bulan penuh.
Selain itu, alasan ditiadakannya atraksi wisata karena melihat tahun-tahun sebelumnya. Setiap memasuki Ramadan, biasanya objek wisata di Bantul juga akan sepi pengunjung. Sehingga para pelaku wisata di Bantul pun telah menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
“Mereka (pelaku wisata, Red) sudah tahu sepinya bulan Ramadan akan terbayar ketika lebaran atau bulan Syawal tiba nanti,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo Selasa (14/3).
Namun meski pemkab meniadakan atraksi wisata, mantan Camat Sewon itu memastikan, pemerintah tidak melarang apabila kelompok masyarakat ingin menggelar atraksi wisata di wilayahnya masing-masing. Bahkan objek wisata pun akan tetap dibuka seperti hari-hari biasa.
Terkait dengan dampak sepinya pariwisata saat Ramadan, Kwintarto menilai, berbagai agenda wisata yang digelar selama Januari-Februari sudah memberi keuntungan bagi para pelaku wisata. Seperti di antaranya Asita Volcano Cycling (AVC) yang diselenggarakan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), Festival burung paruh bengkok di Gumuk Pasir, dan lomba lari Coast To Coast di Parangtritis.
“Pelaku UMKM wisata sudah menabung sejak Januari dan Februari untuk menutupi sepinya wisatawan selama Ramadan. Sehingga mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya,” sebut Kwintarto.
Terpisah, Kepala Promosi dan Informasi Wisata Dinas Pariwisata Bantul Markus Purnomo Adi mengungkapkan, meski kunjungan wisata akan sepi pada Ramadan, bebrapa objek wisata tetap akan menjadi jujugan wisatawan. Seperti kawasan pantai. “Anak-anak muda biasanya banyak yang ngabuburit sambil menikmati sunset di pantai,” beber Ipung, sapaan akrabnya. (inu/eno)