
TRADISI: Masyarakat saat mengikuti tradisi nyadran Makam Sewu yang digelar di Kalurahan Wijirejo, Pandak, Bantul (13/3).(DOKUMENTASI HUMAS PEMKAB BANTUL)
RADAR JOGJA – Kalurahan Wijirejo, Pandak, Bantul kembali menggelar nyadran Makam Sewu Senin (13/3). Tercatat sebagai warisan budaya, pelaksanaan kegiatan didanai oleh dana keistimewaan (danais).
Lurah Wijirejo Wisnu Riyanto mengatakan, wilayahnya sendiri belum masuk kategori kalurahan rintisan budaya. Namun khusus upacara nyadran Makam Sewu, sudah tercatat sebagai warisan budaya takbenda. “Sehingga sepenuhnya didanai oleh danais,” ujar Wisnu di sela kegiatan.
Lebih lanjut dia menjelaskan, nyadran Makam Sewu merupakan bentuk penghormatan bagi leluhur. Khususnya terhadap Kanjeng Panembahan Bodho atau Raden Trenggana yang sudah menyebarkan Islam di wilayah Jogjakarta dan Jawa Tengah.
Panembahan Bodho diketahui dimakamkan di Kompleks Makam Sewu. Karenanya, tidak heran apabila makam yang terletak di Kalurahan Wijirejo itu menjadi tujuan ziarah masyarakat dari berbagai daerah. “Khususnya (peziarah, Red) dari wilayah Jogjakarta dan Jateng,” sambung Wisnu.
Adapun rangkaian acara nyadran Makam Sewu dibuka dengan pawai budaya dan ngarak jodhang yang dibawa oleh bregada dari sembilan padukuhan. Padukuhan yang berpartisipasi dalam upacara tersebut berasal dari Kalurahan Wijirejo dan Sendangsari.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan kenduri dan doa-doa. Setelah pemanjatan doa selesai, maka akan ada sebuah gunungan yang diperebutkan oleh warga masyarakat yang hadir dalam upacara. Gunungannya sendiri terbuat dari hasil bumi serta makanan tradisional. “Tradisi nyadran Makam Sewu digelar setiap bulan ruwah atau sya’ban menjelang Ramadan tiba,” pungkas Wisnu. (inu/eno)