RADAR JOGJA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendatangi kediaman Butet Kartaredjasa di Kasihan Bantul, Minggu (16/10). Maksud kedatangan ini sekadar melepas rindu. Tak hanya kepada Butet tapi juga sejumlah seniman Jogjakarta.

Ganjar mengaku telah melekat dengan kehidupan seni di Jogjakarta. Terlebih dia memang sempat berdomisili di Jogjakarta selama 11 tahun. Sehingga pertemuan dengan para seniman cukup intens.

“Lha wong ya Jogja itu tempat seni budaya, kumpul-kumpul, mesti kangen. Ada ngopi ada makan, cerita sembarang kalir. Gojeg kere, karena saya 11 tahun di sini, dan dulu saya pengagum mereka tapi enggak kenal,” jelasnya ditemui di kediaman Butet Kartaredjasa, Minggu (16/10).

Ganjar mengaku sebagai penggemar Teater Gandrik. Tempat dimana Butet dan almarhum adiknya Djaduk Ferianto berkarya. Mampu menyikapi dinamika Indonesia melalui seni pertunjukan teater.

Dalam kesempatan ini Ganjar juga mendapatkan beberapa lukisan dari para seniman. Termasuk karya sketsa dari Butet Kartaredjasa. Menampilkan seorang manusia yang tengah menarik harimau dengan seutas tali.

“Skets gambar macan, dikendalikan, (artinya) ngerem keserakahan. Ini loh seniman ngomong kayak gitu ngerem keserakahan, dua kata tapi kan maknanya tinggi sekali. Ini yang Jogja selalu ngangenin karena banyak petuah-petuah, sinyal-sinyal, simbol-simbol, sanepo-sanepo yang sangat filosofis,” katanya.

Ganjar memastikan tak ada perbincangan politik selama pertemuan. Dia hanya melepas rindu terhadap dunia seni di Jogjakarta. Termasuk bertemu dengan para insan seni dan budaya tempatnya berkuliah dulu.

“Pokoknya hari ini berbicara silaturahmi, seni dan budaya,” ujarnya.

Senada, Butet menjamin tak ada perbincangan politik. Pertemuannya murni untuk menjaga silaturahmi dengan Ganjar Pranowo. Bercerita tentang kenangan masa lalu dan penuh canda.

Para seniman, lanjutnya, sempat bersinggungan dengan Ganjar Pranowo. Ini karena seluruhnya adalah mantan aktivis 98. Kala itu antara seniman dan mahasiswa sempat berjuang bersama.

“Dolan, ora sowan, rumangsamu opo, dukun po piye. Gojeg, full gojeg, hanya bercanda karena kumpul semua kawan-kawan seniman, aktivis, hampir semua kenal secara pribadi dengan mas Ganjar,” katanya.

Butet memastikan rumahnya terbuka untuk silaturahmi. Baik sesama seniman hingga tokoh politik. Intinya adalah menjalin silaturahmi antar sesama manusia.

Dia juga menyerahkan sebuah lukisan berjudul Ngerem Keserakahan. Karya ini memiliki makna agar manusia tidak serakah. Terlebih setelah mendapatkan fasilitas, kekayaan dan jabatan.

“Calon pemimpin harus punya kesadaran dan kemampuan untuk mengendalikan diri ngerem keserakahan,” pesannya.

Sosok harimau atau macan merupakan simbol kekuatan. Namun disatu sisi akan menjadi serakah apabila yak bisa mengendalikan diri. Inilah yang juga disimbolkan oleh sosok manusia yang menarik tali dengan sekuat tenaga.

Butet mengaku lukisan tersebut tak semata untuk Ganjar. Namun maknanya juga mewakili seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Terutama para pejabat yang memiliki wewenang lebih.

“Ya siapapun. Saya membuat tema Ngerem Keserakahan dalam berbagai versi dalam bentuk sketsa, lalu lukisan di dalam keramik, nanti juga akan di atas kanvas. Tema ini masih mengusik saya untuk saya eksekusi secara visual,” ujarnya. (Dwi)

Bantul