RADAR JOGJA – Pemerintah terus berupaya turunkan angka pernikahan dini. Pendidikan seks usia dini dinilai dapat jadi solusi. Namun, hal ini masih terhambat oleh sistem yang menganggap pendidikan seks adalah hal tabu.

Salah satu tokoh yang mendukung pendidikan seks usia dini adalah Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Dikatakan, pemerintah berupaya memberi kehidupan terbaik bagi generasi mendatang. Oleh sebab itu, kajian terkait pendidikan seks usia dini terus dilakukan. Guna mencapai komposisi dan sistem yang tepat. “Nanti kami akan bicara dengan Mas Nadiem. Karena tidak ada Mas Nadiem, saya tidak bisa tanya,” ujarnya dalam konferensi pers di Kompleks Parasamya Bantul Jumat (11/3).

Selain Yaqut, tokoh lain yang mendukung pendidikan seks usia dini adalah Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo. Menurutnya, pendidikan seks dapat menghindarkan anak pada pernikahan dini. “Ini dicerminkan dengan perempuan hamil usia 15-19 tahun,” jelasnya.

Hasto pun mencatat, angka pernikahan dini di Indonesia adalah 20. Artinya, setiap 1.000 orang di Indonesia, ada 20 orang yang melakukan pernikahan dini. “Itu data tahun 2021. Tidak meningkat dari tahun 2020, angka 20,2-20,4 per 1.000. Pada awal pandemi ada isu nikah dini, kelahiran bertambah. Nggak (tidak benar, Red),” sanggahnya.

Guna mengantisipasi naiknya angka pernikahan dini, diperlukan pendidikan seks. Sebab di dalamnya, termuat pendidikan kesehatan reproduksi. “Masih banyak yang di sekolah belum diberikan pendidikan seks secara terstruktur dalam sistem. Kalau di negara lain sudah diberikan. Sebaiknya, pendidikan seks sejak dini dan terbuka akan lebih baik,” cetusnya.

Hasto kemudian menegaskan, kesehatan reproduksi jangan didiskreditkan sebagai pendidikan berhubungan seksual. Sebab hal itu berbeda dengan pokok pendidikan seks. “Pelajaran tentang seks bukan pelajaran tentang berhubungan seks,” lontarnya.

Menurutnya, perbedaan pendidikan seks dan pendidikan tentang berhubungan seks perlu dipahami masyarakat umum. Agar generasi muda mengerti akan bahayanya melakukan hubungan seks di usia dini. “Kanker mulut rahim di Indonesia itu nomor dua di dunia. Ini masalah, tidak tahu risiko karena tidak baca,” cecarnya.

Dijelaskan pula, kosongnya pendidikan seks turut berpengaruh pada angka kematian bayi dan ibu. Anak perempuan perlu paham, ukuran panggulnya di usia 16 tahun belum mencapai 10 centimeter. “Padahal, ukuran kepala bayi 10 centimeter kurang sedikit. Jadi bayi nggak bisa lahir. Akhirnya banyak kematian bayi dan ibu,” tandasnya. (fat/bah)

Bantul