RADAR JOGJA – Lima mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) gelar pameran. Mengusung tajuk “Senyawa”, hasil karyanya terpajang di Pondok Budaya Pesantren Kali Opak, Padukuhan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul. Perhelatan dilaksanakan selama satu pekan, mulai Minggu (17/10).

Perwakilan mahasiswa, Jefry, menjelaskan, pameran merupakan puncak dari sebuah proses. Perjalanan yang telah dilalui olehnya bersama empat rekannya, Revan, Yulia, Ainun, dan Riza. “Kami menggelar pameran dengan tajuk Senyawa, karena kami terinspirasi oleh unsur hidup,” paparnya ditemui Radar Jogja usai acara artist talk, Sabtu (16/10).

Senyawa mengandung arti penggabungan beberapa unsur. Di mana setiap kehidupan memiliki unsurnya masing-masing. Termasuk setiap individu yang memiliki peran berbeda dalam menyangga kehidupan. “Dari peran yang berbeda, tiap individu saling melengkapi. Ibarat puzzle,” cetusnya.

Dijabarkan lebih luas, tiap bagian puzzle memiliki sisi yang berbeda untuk berkaitan. Lengkapnya sebuah struktur yang terdiri dari berbagai komponen yang berbeda itu mencerminkan keselarasan, yang disebut senyawa. “Itu seperti kayak kita berbeda tapi satu tujuan. Seperti kami berlima, meskipun visual (karya, Red) surealis, tapi memiliki karakter yang berbeda dalam berkarya,” ujarnya.

Dapat bersatunya lima mahasiswa ini, dalam satu ruang pameran yang sama, karena mereka sama-sama mengalirkan unsur kehidupan. Sehingga senyawa. “Memiliki unsur hidup, dan senyawa,” tegasnya.

Selain itu ada tiga karya kolaborasi, terinspirasi dari workshop yang sebelumnya mereka jalani. Antara lain seperti Ecoprint, kriya logam, dan kriya plastik limbah. Ada pula sketsa hasil perjalanan mereka menyusuri Jogja. Misalnya, saat ke Pasar Beringharjo, Malioboro, Kraton, Tamansari, dan Alun-alun Selatan. “Lalu ada juga karya workshop dari teman-teman di komunitas yang kami pegang kemarin. Dokumentasinya juga kami pameran,” sebutnya.

Pemuda yang berulang tahun ke-22 pada 21 Oktober nanti itu, lantas mengungkap, pameran dapat terselenggara berkat peran besar dari Laksmi Shinta Resmi. Selain jadi penyelenggara dan pendana pameran, Laksmi pun membagi ilmunya. “Kami dibekali sama Bu Laksmi berupa skill dan pengalaman baru yang belum pernah kami dapatkan,” ujarnya.

Diwawancarai terpisah, Laksmi menuturkan, pameran adalah hal penting bagi seorang seniman. Maka dirinya mendorong para mahasiswa Unesa unjuk karya. “Puncak proses perjalanan, dari awal sampai selesai harus diwujudkan dalam pameran. Penting, karena dalam prosesnya ada sejarah edukasi,” ucapnya.

Dalam proses edukasi ini, Laksmi turut mengantar mahasiswa menemui tokoh-tokoh seniman surealisme Indonesia yang ada di Jogja. Di antaranya adalah Heri Dono, Lucia Hartini, Sigit Santoso, Hari Budiono, dan Hadi Susanti. “Mereka diskusi dengan seniman yang memiliki aliran sama. Mereka surealisme, jadi saya ajak ke seniman surealisme Indonesia yang ada di Jogja. Tokoh, bukan yang seniman ecek-ecek,” tegasnya. (fat/pra)

Bantul