
JAGA JARAK : Petugas medis menunggu warga saat uji swab masal, di Kantor Dinas Kesehatan Bantul, kemarin (23/6). Uji swab bertujuan untuk mendeteksi serta mencegah persebaran Covid-19. ( GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA )
RADAR JOGJA – Terjadi lonjakan penambahan kasus pasien terkonfirmasi Covid-19 yang signifikan di Bantul. Jumlah penambahannya mencapai 139 kasus menurut. Sebanyak 131 kasus berasal dari satu ponpes di Panggungharjo, Sewon, Bantul. Penghuni sudah terlokalisasi dalam satu tempat dan terkendali.
Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi menyebut, tambahan kasus Covid-19 di wilayahnya berasal dari lingkungan masyarakat dan lingkungan pondok pesantren (ponpes). Sebuah konsekuensi logis atas dorongan aktivitas ekonomi dan pendidikan. “Jauh-jauh hari sudah diantisipasi resiko persebaran, terkendali,” tegasnya Kamis (5/11).
Terdapat 18 kompleks ponpes yang masing-masing menjalankan pembelajaran secara otonom. Mereka menempati gedung sendiri, berikut pengelolaannya. Ini memungkinkan Pemerintah Desa (Pemdes) Panggungharjo berkerjama dengan ponpes. Dalam upaya melokalisasi penghuni ponpes. “Sejak tadi pagi (kemarin) melakukan isolasi mandiri di satu kompleks, untuk memisahkan pasien terkonfirmasi positif dan yang sehat,” sebutnya.
Petugas pun sudah memberikan 3.000 paket rapid tes. Penghuni ponpes yang diisolasi dimonitor melalui WhatsApp Group (WAG). Beberapa mengalami gejala ringan, misal demam ringan. Namun, Pemdes Panggungharjo tidak akan menerapkan pembatasan sosial berskala kecil (PSBK). “Karena memang pola persebaran di Panggungharjo lebih terkondisi,” klaimnya.
Disebutkan, masing-masing kompleks diampu oleh puluhan hingga ratusan pengurus. Pemdes mengidentifikasi sekitar 2.800 penghuni yang sudah masuk ke ponpes, dari total sekitar 8.000 penghuni. Proses kedatangan pun diklaim memperhatikan prokes. Sebab penghuni ponpes datang bergelombang, per 200 orang. Lalu karantina 14 hari. Penghuni yang baru datang juga menjalani rapid test. “Proses kedatangan relatif terkendali,” ucapnya.
Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Bantul dr Sri Wahyu Joko Santosa menyebut, “Ini konsekuensi kami,” dalam rilisnya kemarin (5/11). Sebab petugas masif memberikan tes swab PCR kepada kelompok berisiko di beberapa kecamatan. Sasarannya adalah kelompok perkantoran dan pendidikan. “Ternyata di situ terjadi penularan yang bersifat tanpa gejala,” ungkapnya.
Sampai ditemukan salah satu pasien yang menunjukkan gejala Covid-19. “Pada hari ini (kemarin), di salah satu hasil dari PCR, ada lonjakan yang signifikan. hasil lanjutan di kelompok berisiko yaitu di tempat pendidikan,” papar yang akrab disapa dokter Oki.
Dokter Oki berharap, lonjakan kasus tidak menumbuhkan ketakutan. Tapi menjadi kewaspadaan masyarakat. Di mana kegiatan yang sifatnya mengumpulkan orang banyak dapat memicu penularan Covid-19. Terlebih berinteraksi dengan tidak menerapkan disiplin protokol kesehatan (prokes). Seperti tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, dan tidak jujur. “Bila kita memiliki risiko untuk bisa menularkan, harus jujur, agar orang lain tidak tertular,” pesannya. Disampaikan pula, saat ini bukan waktu yang tepat dalam untuk membuat stigma. (cr2/pra)