RADAR JOGJA – Masyarakat Bantul diminta waspadai menghadapai fenomena La Nina yang terjadi tahun ini. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi La Nina 2020-2021 lebih besar dibanding periode sebelumnya.
Bantul akan menjadi wilayah yang paling terdampak, karena secara geografis terletak di hilir. Dampak La Nina pada bencana hidrometeorologi berpotensi mengakibatkan longsor, angin kencang, pohon tumbang, dan hujan disertai petir.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIJ Reni Kraningtyas menjelaskan, La Nina kali ini menyebabkan curah hujan naik sekitar 20-40 persen. “Bahkan bisa mencapai 50 persen dari normal,” jelas Reni usai melakukan audiensi di ruang kerja Bupati Bantul Rabu (21/10).
Dijelaskan La Nina diprediksi terjadi selama enam bulan. BMKG sudah mengamati potensi ini sejak Agustus. Diprediksi, La Nina akan berlangsung sampai Maret. ”Puncaknya di bulan Januari,” sebutnya.
BMKG memprediksi anomali akan terus eksis dan semakin minus sampai Maret. La Nina dengan suhu -1,42 masuk dalam kategori moderat atau menengah. Dengan begitu, La Nina kali ini lebih besar dari periode sebelumnya yang terjadi pada 2016-2017. ”Di mana pada periode sebelumnya La Nina masuk kategori rendah,” jelasnya.
Namun ketika itu, terjadi Badai Cempaka sehingga membuat La Nina menjadi semakin parah. Badai Cempaka membuat curah hujan sebesar 200 milimeter turun hanya dalam waktu satu hari. “Kami berharap, adanya penambahan curah hujan 20-40 persen, tidak terjadi dalam satu hari,”
Potensi badai yang terjadi pada La Nina tahun yaitu badai tropis. Reni pun berharap, badai tidak terjadi dekat pesisir Laut Jawa. “Sehingga La Nina tinggi, tapi jika badai tidak dekat pesisir Jawa, dampaknya tidak sesignifikan kemarin,” jelasnya.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dwi Daryanto menyebut telah mengantisipasi kemungkinan terburuk dari fenomena La Lina. Pihaknya telah berkoordinasi bersama pemerintah desa, TNI, Polri, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS Serayu Opak), dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. “Belajar dari 2017, dampak tertinggi di Bantul,” jelasnya.
Petugas pun menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi. Sejumlah peralatan telah disiapkan untuk melakukan mitigasi dan evakuasi. Termasuk perahu karet untuk mengantisipasi banjir. ”Perangkat telah diletakkan di 20 titik. Pada titik-titik itu juga sudah dibangun pos pantau,” jelasnya.
Dimana, pos tersebar di Kecamatan Pleret, Pundong, Kasihan, Imogiri, dan Piyungan. ”Karena data historis, dampak curah hujan yang tinggi di 20 lokasi itu,” tandasnya. (cr2/bah)