RADAR JOGJA – Mengunjungi objek wisata (obwis) Pasar Kebon Empring, Radar Jogja justru dibuat penasaran. Oleh seorang pria berbaju coklat yang merayap di bantaran Kali Gawe yang gersang. Dia merapikan bantaran dengan menarik tanaman menjalar yang kering. Usai itu, dia menyeberang sungai.

SITI FATIMAH, Bantul, Radar Jogja

Memakai topi, pria itu kembali ke seberang sungai. Dia menenteng beberapa bibit taman. Dibawanya pula cangkul serta ember kecil. Sesampai di seberang, dia kembali merayapi bantaran sungai.

Sesekali pria itu membuat lubang dengan cangkul. Kemudian memasukkan bibit tanaman ke dalam lubang. Setelah itu, dia turun ke sungai. Mengisi ember kecil yang tadi dibawanya dengan air. Kemudian kembali merayap. Kali ini untuk menyiram tanaman yang baru disemainya.

Pria itu merasa diperhatikan, tapi tampaknya cuek. Bahkan ketika beberapa orang berteriak, saat melihatnya hampir terpeleset. Beruntung dia cekatan mencengkeram salah satu akar pohon.

Mungkin lelah, pria ini kemudian menyebrang sungai. Dia berjalan sambil melempar senyum. Saat memperkenalkan diri, diketahui namanya Anto Ilyas. Seorang wirausahawan yang bergelut di bidang clothing. Tapi sangat mencintai tanaman. Di rumahnya, Teraman RT 03, Srimartani, Piyungan, dia pun membudidayakan tanaman.

Nah, beberapa tanaman budidayanya itulah yang disemai di bantaran Kali Gawe. Itu dilakukannya karena tidak suka melihat lahan gersang. “Sering lihat di sekitar sini, kurang sejuk dan hijau. Saya melihatnya, di sini panas. Jadi saya bawa tanaman,” jelasnya.

Ya memang, obwis Pasar Kebon Empring rindang. Tapi, ada beberapa titik lokasi yang tampak gersang. Pria 42 tahun ini menanamkan tabebuya kuning, ikuwanyu, dan pohon koptri. Tujuan utamanya agar titik gersang di Pasar Kebon Empring menjadi hijau. Tapi bukan cuma itu, seraya menggerakkan tangannya menyerupai cakar, Anto menyebut, “Akarnya (dapat menahan tanah, Red) nggak cepet longsor.”

Sudah sekitar 3-4 tahun belakangan Anto melakukan kebiasaan ini. Tiap melihat lahan yang gersang, dia akan datang kembali ke lokasi itu. Untuk menanaminya dengan bibit yang dia punya.

Ia melakukan semua itu atas inisiatif sendiri. Namun, kesadaran untuk merawat lahan gersang, terbesit sejak lulus SMA. Di mana Anto mengunjungi lokasi bantaran kali yang terkena banjir. Dirinya lantas tergerak melakukan penghijauan.

Keluarga Anto, istri dan anaknya, juga mendukung kegiatan itu. Karena kebiasaan ini ia sampai digemari ibu-ibu di lingkungannya. “Saya juga membagikan bibit gratis, seperti pandan wangi. Biasanya ibu-ibu suka,” ungkapnya tersipu.

Dari yang dilakukannya ini, Anto berharap ada hati lain yang tergerak. Sehingga upaya kecilnya ini kelak dapat menggerakkan orang lain untuk mencintai tanaman. Dan, turut melakukan penghijauan di bumi. (laz)

Bantul