
TUTUP: Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul memutuskan menutup untuk sementara waktu layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) .Penutupan akan berlangsung mulai Senin (14/12) hingga Rabu (16/12) pagi, karena beberapa karyawan yang ada di IGD kontak dengan pasien terkonfirmasi positif corona. ( SITI FATIMAH/RADAR JOGJA )
RADAR JOGJA – Penularan Covid-19 masih terjadi di masyarakat. Di Bantul, ada dokter yang meninggal dengan status terkonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 20 karyawan RSUD Panembahan Senopati pun terkonfirmasi tertular Covid-19, meski pelayanan tidak ditutup. Sedang Puskesmas Kotagede 1 ditutup karena dua pegawainya juga terpapr.
Di RSUD Panembahan Senopati (RSPS). Sekitar 20 karyawannya terkonfirmasi Covid-19. Kendati begitu, RSPS tidak tutup. “Hanya saja, pelayanannya terbatas,” sebut Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bantul dokter Sri Wahyu Joko Santosa ditemui di gazebo Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Senin (24/8).
Sejauh ini ada sebanyak 120-an nakes Bantul yang terpapar Covid-19. Diduga, mereka terpapar dari pasien. Meskipun nakes dan karyawan itu mayoritas tidak menangani pasien Covid-19. Sementara para nakes yang merawat pasien Covid-19 di ruang isolasi justru negatif. “Justru yang terkena di luar itu (tidak bekerja di ruang isolasi, Red),” ucap yang akrab disapa dokter Oki.
Dimungkinkan nakes yang bekerja di ruang isolasi, menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap sesuai protokol. Untuk itu, pertugas akan menggencarkan screening karyawan kesehatan. Baik nakes atau non-nakes. “Kami mulai dari RSPS. Setelah itu ke RS rujukan lainnya,” ujarnya.
Bila sudah melakukan pemetaan, petugas akan memperbaiki sistem perlindungan diri. Berikut alur keluar-masuk RS di kemudian hari. Dokter Oki turut mengungkap, adanya salah seorang dokter yang tinggal di Bantul meninggal. Akibat terjangkit pandemi Covid-19 sejak 17 Agustus lalu. Warga Kecamatan Bantul itu dinyatakan positif setelah menjalani screening di RS tempatnya bekerja. Usianya sudah lebih dari 55 tahun. Dan memiliki penyakit komorbit. “Meninggalnya Minggu sore (23/8),” katanya.
Dikabarkan pula ada legislator di DPRD Bantul yang dinyatakan positif Covid-19. Ia memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif Covid-19 di lingkungan rumahnya. Setelah menjalani swab, dia juga terkonfirmasi positif.
Saat ini petugas sedang melakukan pendataan. Keluarga dan yang pernah berkontak erat dengan pasien itu diminta melakukan karantina mandiri. Penyemprotan disinfektan di lingkungan rumah dan tempat kerja pun sudah dilakukan. “Pasien berasal dari Kecamatan Srandakan. Kondisinya normal,” jelasnya.
Sementara itu, Humas RSPS Siti Rahayu Ningsih berkilah. Dia mengaku tidak berwenang memberi keterangan, soal karyawan di RS-nya yang positif Covid-19. Namun, dia tidak menapik. “Tanya saja ke gugus tugas,” ketusnya.
Sementara Sekretaris Daerah Bantul Helmi Jamharis membenarkan, adanya anggota DPRD Bantul yang terkonfirmasi Covid-19. “Atas nama Sadji,” sebutnya. Akibatnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) harus membuat jadwal ulang. Untuk kegiatan yang semestinya dilakukan kematin dan hari ini. “Di antaranya rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) hari ini (kemarin, Red),” ucapnya.
Tertular dari Ibu Hamil di Bantul
Sedang di Kota Jogja, setelah adanya penelusuran atas kasus konfirm positif dari warga Bantul, dua petugas puskesmas Kotagede I dinyatakan positif Covid-19. Kepala Puskesmas Kotagede I Arief Haritono menyebut, dua petugasnya yang terpapar Covid-19 yakni security dan petugas laboratorium. Mereka dinyatakan positif setelah diketahui mendapat paparan dari pasien Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang memeriksakan kandungan rutin. “Kami dapat kabar dari Dinas Kesehatan Selasa (18/8) malam. Rabunya langsung kami tutup layanan,” katanya Senin (24/8).
Arief menjelaskan dua petugasnya tersebut hasil tracing dari pasien KIA yang telah dinyatakan positif dari Bantul setelah hasil swab tesnya keluar pascamemeriksakan kandungan rutin di puskesmas tersebut. “Pasien itu datang ternyata sudah membawa virus,” ujarnya.
Kronologi awal, pasien KIA tersebut masuk melalui pintu utama puskesmas dan screening suhu badan oleh security. Setelah itu masuk melalui layanan pendaftaran dan masuk ke layanan KIA. Kemudian pasien melakukan pemeriksaan cek darah ke laboratorium puskesmas. “Nah yang terpapar pas screening suhu dan pas cek darah di lab. Mereka juga sudah mengenakan APD,” jelasnya.
Penutupan layanan puskesmas dalam rangka sterilisasi secara maksimal. Dilakukan selama dua kali yaitu hari Rabu (19/8) dan Jumat (21/8). Sterilisasi hari pertama dengan fogging disinfektan seluruh ruangan. Dan penyemprotan disinfektan standar seluruh ruangan. “Labnya kami ada dua tapi tidak full pelayanan. Jalan tidak seperti biasa karena satunya terpapar dan sedang sterilisasi,” tambahnya.
Terpisah, Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi (HP) mengungkapkan dua petugas puskesmas yang positif merupakan orang tanpa gejala (OTG). Dari hasil pelacakan, tengah menjalani isolasi mandiri selama 14 hariereka terpapar setelah kontak dengan warga luar kota atau Bantul. “Sekarang masih menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Ini juga sesuai dengan pedoman pencegahan Covid-19 yang baru,” ujarnya.
Selain puskesmas Kotagede I, Puskesmas Ngampilan juga pernah ditutup pelayanan karena hal yang sama. Ada petugas bagian kebersihan yang juga terkonfirmasi positif Covid-19. “Kasusnya sama dengan Kotagede I dapat dari warga luar kota yang periksa di situ. Kan dia bersih-bersih, mungkin potensi sentuh-sentuh barang,” ujarnya.
Menurut dia, pedoman pencegahan protokol Covid-19 yang baru, yang sudah diberlakukan sejak 15 Agustus lalu. Dalam protokol yang berlaku secara nasional tersebut menyebutkan bahwa OTG harus melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Pasca-dinyatakan positif tidak ada lagi pengujian dan pernyataan sembuh. Tapi selesai melakukan isolasi mandiri. Sebelumnya harus ada dua kali pengujian dan dinyatakan negatif. “Sekarang ini begitu melewati 14 hari dan tidak ada gejala yang muncul ya sudah dinyatakan selesai. Tidak perlu dipantau swab lagi,” jelasnya.
Dengan adanya protokol baru tersebut saat ini pemkot tengah menata kembali aturan menyesuaikan dengan pusat. Saat ini peran serta masyarakat di perlukan terutama ketua kampung, RW, RT, Lurah, Camat untuk melakukan pengawasan terhadap warganya yang terpapar Covid-19. Dalam rangka turut membantu memudahkan OTG melakukan isolasi mandiri. “Mau tidak mau warga harus ikut telibat dalam pemantauan orang yang terpapar positif. Sehingga bisa mengawal agar isolasi mandirinya terkondisi,” imbuhnya. (cr2/wia/pra)